Jumat, 02 Maret 2018

KISAH AWAL MULA DAN SILSILAH LELUHUR PARA RAJA NUSANTARA



Marilah kita lanjutkan cerita tentang leluhur bangsa Nusantara yang telah saya jelaskan dalam Kisah Zaman Awal Peradaban Bangsa Bumi. Dalam kisah sebelumnya telah dijelaskan bahwa zaman Dwapara Yuga (diperkirakan terjadi pada tahun 8.984 SM), ditandai dengan kelahiran Sang Avatar Sri Krishna. Pada zaman itu, dikisahkan terdapat sebuah bangsa besar bernama bangsa Bharata dengan kerajaannya bernama Hastina (diceritakan dalam kitab Mahabharata). Wilayah kerajaan Hastina diperkirakan mencakup wilayah India sebagai pusat kerajaannya, dan membentang luas hingga ke wilayah Nusantara (sekarang).

Dalam perkembangannya, kerajaan Hastina ini terpecah menjadi dua, akibat pertikaian antara para Kurawa dan para Pandawa yang masih bersaudara. Pihak Pandawa yang seharusnya menjadi pewaris tahta kerajaan Hastina, diperdaya oleh pihak Kurawa (dengan akal licik Patih Sengkuni), sehingga mereka hanya mendapatkan hak kekuasaan atas tanah yang sebagian besar wilayahnya merupakan hutan belantara (dikenal sebagai hutan Kandawa). Nah, tanah hutan belantara yang diserahkan kepada pihak Pandawa inilah yang selanjutnya dibangun oleh pihak Pandawa menjadi sebuah kerajaan besar, makmur dan berperadaban tinggi bernama Indraprasta, dimana wilayahnya berlokasi di Nusantara (sekarang). Diduga kerajaan Hastina dan Indraprasta inilah yang oleh Plato disebut sebagai negara Atlantis sebagaimana yang dijelaskan pada catatannya sebagai berikut: 

“Negeri Atlantis dikelilingi oleh pegunungan, dan lebih tinggi dari permukaan laut. Mengandung gunung berapi, dan sering terkena gempa dan banjir. Gunungnya mengandung emas, perak, tembaga, dan timah, dan gabungan alami dari emas dan tembaga yang disebut orichalcum”. 

Namun sayangnya kerajaan Hastina dan Indraprasta yang makmur dan beperadaban tinggi tidak berlangsung lama karena terjadi perang Bharata Yudha, antara pihak Pandawa (kerajaan Indraprasta) dan pihak Kurawa (kerajaan Hastina) yang melibatkan senjata berteknologi tinggi (senjata sejenis nuklir). Paska Perang Baharata Yudha, baik kerajaan Hastina maupun Indraprasta kedua-duanya mengalami kerusakan yang parah akibat penggunaan senjata pemusnah massal, dan paparan debu radio aktif yang telah membinasakan sebagian penduduknya dalam area yang luas.

Paska Perang Bharata Yudha,  kerajaan Hastina dan Indraprasta selanjutnya disatukan di bawah kekuasaan Pandawa sebagai pihak pemenang, dengan pusat kerajaannya di Indraprasta (Nusantara). Pandawa bersama sesepuh bangsa Bharata juga memutuskan untuk menghancurkan segala jenis senjata pemusnah massal dan tidak lagi mengembangkan iptek, karena menyadari akibatnya yang berujung pada peperangan. 

Paska perang Bharata Yudha, dikisahkan Prabu Yudistira (Pandawa) tidak lama memerintah di kerajaan Hastina dan Indraprasta, karena mereka memutuskan untuk mundur (mandeg pandito), dan menyerahkan tahta kerajaan kepada Parikesit (cucu Arjuna). Setelah Prabu Parikesit, kerajaan Hastina dan Indraprasta masih berlangsung selama 3 (tiga) generasi lagi, yakni: Prabu Yudayana, Prabu Yudayaka, dan Prabu Gendrayana sebagai raja terakhir (diperkirakan terjadi sekitar 8.900-8.800 SM). 

Pada masa pemerintahan Prabu Gendrayana inilah terjadi peristiwa gempa bumi dan letusan gunung berapi yang dahsyat, sehingga mengakibatkan tsunami dan banjir besar yang menenggelamkan pusat kerajaannya di Indraprasta (Nusantara). (diperkirakan terjadi sekitar 8.800 SM). Peristiwa banjir besar ini diperkirakan dipicu juga oleh terjadinya pemanasan global dampak Perang Bharata Yudha, yang menyebabkan pencairan es di Kutub Utara dan Selatan, atau disebut oleh para ilmuwan sebagai periode akhir zaman Es, dan mengakibatkan kenaikan muka air laut setinggi lebih dari 100 m. Pusat kerajaan Indraprasta (Atlantis) diperkirakan berlokasi di sekitar Laut Jawa dan selat Karimata, dan sebagian lagi berpendapat berlokasi di Selatan Pulau Bali.

Dalam catatannya Plato mengisahkan “Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam”. 

Dalam peristiwa ini, pusat peradaban bangsa Atlantis di Nusantara, berikut bangunan-bangunan berteknologi tinggi tenggelam ke bawah permukaan air laut. Sedangkan bangunan berteknologi tinggi lainnya yang tersisa pada wilayah daratan, sejalan dengan waktu, dan akibat bencana letusan gunung berapi yang kerapkali terjadi di wilayah Nusantara, menjadi ikut terkubur di bawah permukaan tanah. Dalam hal ini, Bangunan situs Gunung Padang, di Cianjur diduga merupakan salah satu bangunan yang tersisa dari peradaban Atlantis (Bangunan ini  diperkirakan berusia 10.000 tahun).

Sebagian besar penduduk kerajaan Atlantis (di Nusantara) mengungsi/eksodus dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Penduduk Atlantis yang eksodus ini selanjutnya menjadi cikal bakal dari perkembangan budaya dan iptek yang ada di wilayah Mesopotamia/Sumeria (5.500-2.500 SM), Mesir Kuno (3.150 SM), India Kuno (2.800-1.800 SM), yang oleh sebagian para ilmuwan sebagai kebudayaan tertua di dunia. Adapun sisa-sisa penduduk Atlantis yang masih bertahan di wilayah Nusantara, menyebar menuju wilayah daratan (pulau-pulau) yang tidak tenggelam, dan saat ini dikenal sebagai Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dll. 

Kisah selanjutnya, yang mungkin masih menjadi tanda tanya dari pembaca adalah perihal awal dari munculnya kembali kerajaan di Nusantara.

Berdasarkan beberapa narasumber menyatakan bahwa sejak periode 8.800 SM hingga sekitar 5.000 SM, belum ada sebuah kerajaan yang muncul di wilayah Nusantara. Periode selama sekitar 3.800 tahun ini disebutkan sebagai masa perenungan dari sisa-sisa bangsa Atlantis di Nusantara. Mereka bepegang teguh untuk tidak lagi mengembangkan iptek dan berpedoman hidup untuk selaras dengan alam, atau dalam istilah sekarang dikenal sebagai “Back to nature”, serta berfokus pada pendekatan diri kepada Tuhan YME (spiritual).

Kemudian pada periode tahun 5.000 SM, dikisahkan muncul kembali raja pertama di Nusantara bernama Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manik Maya, dengan pusat kerajaannya di daerah yang saat ini disebut dengan Parahyangan. Adapun arti kata Parahyangan sendiri terdapat beberapa penafsiran, pertama yaitu Pa = tempat; Ra = Cahaya (Sinar); Hyang = Tuhan; kedua yaitu Pa berasal dari singkatan nama Parikesit cucu dari Arjuna; RaHyang = Raja pandita (raja yang juga merupakan Guru Spiritual). Disebutkan bahwa Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manik Maya adalah turunan ke-55 dari Prabu Gendrayana (buyut dari Prabu Parikesit). 

Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manik Maya selanjutnya berputra Maha Ratu Resi Prabu Sindhu LaHyang. Prabu Sindhu inilah yang menyebarkan ajaran SUNDAYANA (ajaran dari Sang Avatar Sri Krishna) hingga menjadi agama utama di seluruh kerajaan Nusantara. Beberapa narasumber menyatakan bahwa Prabu Sindhu disamping sebagai raja, beliau juga seorang Guru Spiritual (Ratu Pandita), dan ada juga yang menyebutkan bahwa beliau adalah nabi yang diutus Tuhan YME. Ajaran Prabu Sindhu (SUNDAYANA) hingga saat ini sebagian masih melekat pada ajaran/agama asli leluhur Nusantara (sebelum kedatangan agama Hindu dari India), antara lain: ajaran Sunda Wiwitan, Kejawen, Hindu Bali, serta beberapa aliran kepercayaan yang ada di Pulau Jawa, Bali, dan wilayah lainnya di Nusantara.

Tidak hanya di Nusantara, Prabu Sindhu juga menyebarkan ajaran SUNDAYANA hingga ke negeri Jepang, dan ajarannya diberi nama Sinto, kemudian juga ke India dengan nama ajaran Shindu dan kemudian berganti nama menjadi Hindu. Dengan demikian terdapat kekeliruan sejarah yang selama ini diajarkan di sekolah, bahwa sesungguhnya asal dari agama Hindu bukan dari India, melainkan dari negeri kita ini (Nusantara). Oleh karena itulah, agama Hindu yang ada di Indonesia (misal Hindu Bali) tidak sama dengan agama Hindu yang ada di India. Demikian juga apa yang disebut sebagai agama Hindu yang banyak dianut masyarakat pada zaman kerajaan-kerajaan Nusantara dulu tidak sama dengan agama Hindu yang ada di India.

Demikianlah kisah kerajaan di Nusantara pada tahun 5.000 SM hingga awal zaman Kaliyuga (224 SM). Sebagian berpendapat, bahwa bentuk kerajaan pada masa itu tidak sama dengan bentuk kerajaan secara umum. Karena kerajaan di Nusantara pada masa itu mirip sebagai padepokan atau pusat kegiatan pendidikan spiritual yang mendunia. Sebagai kerajaan yang dihormati oleh seluruh bangsa-bangsa dan raja-raja di seluruh dunia. Bahkan dikisahkan, bahwa semua raja di seluruh dunia perlu mendapat restu dan dilantik oleh raja Nusantara yang disebut sebagai Ratu Pandita. Dan ada yang menyebutkan bahwa tempat pelantikan para raja di seluruh dunia ini, berlokasi di situs Gunung Padang, Cianjur (saat ini)?

Selanjutnya pada awal zaman Kaliyuga, periode awal tahun Masehi dikisahkan lagi bahwa wilayah Nusantara dipimpin oleh seorang raja agung nan bijaksana bernama Prabu Angling Darma, yang dikenal juga oleh masyarakat Jawa Barat sebagai Aki Tirem Luhur Mulya. Beberapa narasumber kami menyatakan bahwa Prabu Angling Darma ini adalah turunan ke-70 dari Prabu Sindhu LaHyang. Dengan demikian, bila silsilahnya ditelusuri lebih jauh akan sampai ke Prabu Gendrayana (buyut Prabu Parikesit).

Hal yang unik adalah perihal makam Prabu Angling Darma yang diakui berada di 4 (empat) lokasi, yaitu: di Cihunjuran (Banten), Sumedang (Jawa Barat), Pati (Jawa Tengah), Bojonegara (Jawa Timur). Bila kita mengacu pada kisah sebelumnya, bahwa pusat kerajaan Nusantara yang dipimpin oleh Prabu Sindhu berlokasi di daerah Parahyangan, maka silakan pembaca memperkirakan sendiri dimana lokasi sebenarnya dari makam Prabu Angling Darma!!!. Terdapatnya pengakuan dan cerita masyarakat di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa) tentang Prabu Angling Darma, menunjukkan bahwa sesungguhnya wilayah kekuasaan Prabu Angling Darma atau Aki Tirem paling tidak meliputi wilayah seluruh Pulau Jawa, bahkan mungkin meliputi seluruh wilayah Nusantara, karena beliau adalah generasi penerus dari Prabu Sindhu yang merupakan Ratu Pandita yang dihormati oleh para raja di seluruh dunia. 

Sebagai generasi penerus Prabu Sindhu, diperkirakan Prabu Angling Darma juga merupakan seorang Ratu Pandita (raja sekaligus pimpinan spiritual), sehingga bentuk kerajaannya tidak sama dengan kerajaan secara umum, namun lebih mirip sebagai padepokan atau pusat kegiatan pendidikan spiritual. Oleh karena itulah, dalam Naskah Wangsakerta, Aki Tirem atau Prabu Angling Darma tidak disebut sebagai raja, namun disebut sebagai Penghulu.  

Pada masa pemerintahan Prabu Angling Darma inilah dimulai berdirinya kerajaan pertama di Nusantara (dalam arti bentuk kerajaan secara umum) bernama Salakanagara. Dalam Naskah Wangsakerta, disebutkan bahwa Salakanagara merupakaan kerajaan tertua di Nusantara, yang berdiri tahun 130/131 M dengan raja pertamanya bernama Dewawarman I, dan pusat kerajaannya (ibu kota) di Rajatapura yang terletak di pesisir Barat Pandeglang (saat ini). Dikisahkan bahwa Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat bernama Aki Tirem Luhur Mulia atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Angling Dharma dalam nama Hindu dan Wali Jangkung dalam nama Islam.

Kerajaan Salakanagara disebutkan dalam catatan Cina sebagai kerajaan Koying yang ditulis oleh K’ang-tai dan Wan-chen dari wangsa Wu (222-208) tentang adanya negeri Koying. Tentang negeri ini juga dimuat dalam ensiklopedi T’ung-tien yang ditulis oleh Tu-yu (375-812) dan disalin oleh Ma-tu-an-lin dalam ensiklopedi Wen-hsien-t’ung-k’ao. Diterangkan bahwa di kerajaan Koying terdapat gunung api dan kedudukannya 5.000 li di timur Chu-po. Di utara Koying ada gunung api dan di sebelah selatannya ada sebuah teluk bernama Wen. Dalam teluk itu ada pulau bernama P’u-lei atau Pulau. 

Gambaran tentang kerajaan Koying ini dalam catatan Cina sama dengan kondisi ibukota kerajaan Salakanagara, yaitu Rajataputra. Penamaan Koying dalam catatan Cina diduga merupakan singkatan dari Ka dan Yin. Ka = gunung Karang (di daerah Pandeglang); Yin = sebelah selatan lereng gunung. Contoh: Huayin, artinya di sebelah utara/selatan gunung Hua. Dan memang Rajataputra ibukota Salakanagara terletak pada lereng selatan gunung Karang (di daerah Pandeglang dan merupakan gunung berapi). Baca perihal penggunaan nama Yin pada suatu tempat di https://id.wikipedia.org/wiki/Yin_dan_Yang. 

Hal yang masih menjadi pertanyaan adalah siapakah sebenarnya Dewawarman I yang disebutkan dalam Naskah Wangsakerta? Beberapa narasumber kami menyatakan bahwa beliau tidak lain adalah Aji Saka yang juga dikenal dan banyak diceritakan oleh masyarakat baik di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur. Adapun yang masih rancu dalam sejarah adalah perihal silsilah Prabu Angling Darma yang disebutkan sebagai putra dari Prabu Jayabaya (Kerajaan Kediri). Bagaimana mungkin Prabu Jayabaya yang lahir tahun 1.135 M wafat tahun 1.179 M, melahirkan anak yang lahir pada periode sekitar awal tahun masehi ? 

Bagaimanapun perihal silsilah Prabu Jayabaya yang menyebutkan beliau adalah keturunan Prabu Gendrayana (buyut Prabu Parikesit) mungkin ada benarnya. Karena sesungguhnya semua raja di Nusantara, termasuk Prabu Jayabaya adalah keturunan dari Dewi Pwahacaci Larasati (putri Prabu Angling Darma), keturunan dari Prabu Sindhu La Hyang, dan keturunan dari  Prabu Gendrayana (buyut Prabu Parikesit), dan juga keturunan dari Aji Saka (Dewawarman I) atau menantu Prabu Angling Darma yang menjadi raja pertama kerajaan Salakanagara. 

Hal yang selanjutnya mungkin menjadi pertanyaan pembaca adalah siapakah sesungguhnya Aji Saka? Mengapa Prabu Angling Darma yang sudah memiliki kekuasaaan luas di pulau Jawa bersedia menikahkan putrinya Dewi Pwahaci Larasati kepada seorang pendatang yang hanya seorang pedagang/perantau dari negeri Pallawa, dan menjadikannya raja Salakanagara? 

Beberapa narasumber kami menyatakan, bahwa ini disebabkan oleh masih adanya kekerabatan (tali persaudaraan) antara Aji Saka dengan Prabu Angling Darma. Bila dirunut jauh silsilah dari Aji Saka sesungguhnya adalah turunan dari Nabi Ishak a.s. bin Nabi Ibrahim a.s. Lihat juga https://kanzunqalam.com/2011/05/09/legenda-ajisaka-mengungkap-zuriat-nabi-ishaq-di-nusantara/

Saka sering disebutkan juga sebaga bangsa Scythian atau Sacae, yang merupakan keturunan dari 10 suku Israel yang hilang. Sebagaimana sumber yang dikutip sebagai berikut: 

“Nama Abraham dan Ishak akan terus disebut dimanapun mereka bermukim, Brahman dan Saka misalnya. Hal Ini juga tercantum dalam Injil Perjanjian Lama, bahwa keturunan Abraham akan terindikasi dari keturunan (=nama) Ishak (Kejadian 21:12) .....nama nenek dan bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh karena mereka dan sehingga mereka bertambah-tambah menjadi jumlah yang besar di bumi. (Kejadian 48:16)”. 

Demikianlah, sesungguhnya Aji Saka adalah turunan langsung dari Nabi Ishak a.s. bin Nabi Ibrahim a.s. yang menetap di negara Pallawa (Bharata) India.

Pertanyaan selanjutnya, lantas apa hubungan tali persaudaraan Prabu Angling Darma dengan Aji Saka? 

Masih berdasarkan narasumber yang sama menyatakan, bahwa paska tengelamnya pusat Kerajaan Hastina dan Idraprasta (di Nusantara), salah seorang putera dari Prabu Gendrayana ada yang ikut mengungsi (eksodus) ke wilayah Mesopotamia/ Summeria dan menjadi leluhur dari Nabi Ibrahim a.s. Hal ini adalah sesuai dengan catatan saya tentang Sejarah Agama (Bagian-2) yang menyatakan bahwa kebudayaan Sumeria yang merupakan evolusi dari kebudayaan Samarra berasal dari Nusantara (penduduk Nusantara/ Atlantis yang eksodus). Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa temuan dan hasil penelitian yang ada.

Dalam catatan saya tentang Sejarah Agama (bagian-2) juga disebutkan bahwa leluhur Nabi Ibrahim a.s di wilayah Mesopotamia/Summeria pada awalnya beragama SUNDAYANA, yang merupakan ajaran monotheisme (percaya pada Tuhan YME) dan disebarkan oleh para murid Prabu Sindhu. Bukti peninggalan ajaran SUNDAYANA di Timur Tengah dapat dijumpai hingga saat ini dalam bentuk Kuil dan bangunan-bangunan suci yang bercirikan simbol Matahari dan Bulan (Surya dan Chandra). Namun seiring dengan perjalanan waktu (dari periode zaman Prabu Sindhu sekitar tahun 5.000 SM hingga tahun kelahiran Nabi Ibrahim a.s yaitu sekitar tahun 1.997 SM) atau dalam rentang waktu sekitar 3.000 tahun, agama SUNDAYANA ini telah banyak menyimpang. Masyarakat Mesopotamia/ Summeria pada zaman Nabi Ibrahim a.s. percaya kepada banyak Dewa, dan menyembah berhala seperti dijelaskan dalam kitab suci Al Qur’an.

Hingga akhirnya Tuhan YME mengutus Rasul-Nya Nabi Ibrahim a.s. untuk mengembalikan ajaran yang lurus dan bersumber langsung dari Tuhan YME. Kisah tentang Nabi Ibrahim a.s dapat dibaca dalam Kitab Suci Al Qur’an dan Kitab Injil (Perjanjian Lama). Selanjutnya, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim a.s berputra Nabi Ishak a.s. dan Nabi Ismail a.s. Nabi Ishak a.s. berputra Nabi Yakub a.s., dan Nabi Yakub a.s berputra 12 (dua belas) orang, salah satunya adalah Nabi Yusuf a.s.

Dari putra Nabi Yakub a.s ini selanjutnya menurunkan bangsa/bani Israel dan membentuk negara Israel, yang pada awalnya terdiri dari 12 (dua belas) suku, sesuai jumlah putra dari Nabi Yakub a.s. Seiring dengan perjalanan waktu, selanjutnya negara Israel ini pecah menjadi 2 (dua) bagian, yaitu negara Israel Utara (keturunan dari 10 suku bani Israel, termasuk turunan dari Nabi Yusuf a.s.), dan negara Israel Selatan (keturunan dari 2 suku bani Israel, yakni Yehuda dan Benyamin, dan dikenal juga sebagai orang Yahudi).

Negara Israel Utara selanjutnya diserbu oleh kerajaan Asyur, sebagian penduduknya diangkut sebagai tawanan, dan sebagian lagi mengungsi menyebar ke wilayah negara di sekitarnya. 10 suku yang berasal dari negara Israel Utara inilah selanjutnya yang disebut sebagai suku Israel yang hilang, karena keberadaanya sudah sulit diketahui lagi. Adapun kerajaan Israel Selatan juga hancur diserbu oleh kerajaan Babel. Semua penduduknya ditawan, namun mereka masih tetap bersatu sehingga keberadaannya mudah dilacak/ diketahui, dan saat ini dikenal sebagai orang Yahudi.

Adapun Aji Saka yang dikisahkan merupakan seorang pedagang/perantau dari Pallawa (India) adalah keturunan dari 10 suku bangsa Israel yang eksodus dan kemudian menetap di daerah Pallawa (India). Dengan demikian, bila dirunut silsilahnya Aji Saka adalah keturunan dari Nabi Ibrahim a.s. dan bila dirunut lebih jauh lagi, akan berujung pada Prabu Gendrayana (buyut Prabu Parikesit). Artinya, memang masih ada tali persaudaraan antara Aji Saka (Prabu Dewawarman I) dengan Prabu Angling Darma atau Aki Tirem, karena keduanya adalah turunan dari Prabu Gendrayana.

Hal inilah yang membuat Prabu Angling Darma yang merupakan penguasa kerajaan Nusantara ketika itu, mempercayai Aji Saka untuk menikahi putrinya Dewi Pwahaci Larasati, dan menjadikannya raja di Nusantara, yang kerajaannya diberi nama Salakanagara. Adapun penamaan Salakanagara sendiri sebenarnya merupakan singkatan dari nama Prabu Sindhu LaHyang yang merupakan leluhur dari Prabu Angling Darma, dan Saka (zuriyat/keturunan Nabi Ishak a.s). 

Dari semua penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa Aji Saka atau Dewawarman I yang disebutkan dalam naskah Wangsakerta sebagai raja pertama kerajaan Salakanagara, serta Prabu Angling Darma atau Aki Tirem adalah leluhur dari semua raja di Nusantara. Aji Saka lah yang menurunkan para raja dinasti Warman (Purnawarman di kerajaan Tarumanagara dan Mulawarman di kerajaan Kutai), dan selanjutnya menurunkan para raja di Nusantara (termasuk raja Sriwijaya dan Majapahit). Secara lengkap kisah para raja sejak Dinasti Warman hingga periode Mataram Islam dapat dibaca dalam buku sejarah, atau dalam catatan saya berjudul “Sejarah dan Silsilah Kemaharajaan Sunda Nusantara”. 

Demikianlah, kisah awal mula dan silsilah dari leluhur para raja di Nusantara. Semoga kisah ini dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Nusantara untuk lebih mengenal jatidiri bangsa ini yang merupakan bangsa yang besar. Karena dari negara kita inilah semua peradaban dunia bermula, termasuk para Nabi dan Rasul bila dirunut silsilahnya akan kembali ke tanah leluhurnya, yakni di bumi Nusantara ini.

Marilah kita sama-sama untuk mengembalikan kejayaan bangsa kita. Janganlah kita menjadi bangsa yang bodoh (belegug) yang mudah dipengaruhi oleh doktrin-doktrin agama yang memecah belah kerukunan bangsa. Ingatlah, bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu !!!, karena bersumber pada Tuhan yang satu. Adapun yang membuat adanya perbedaan, adalah karena faktor manusianya yang salah mengartikan dan memahami ajaran agama yang disampaikan oleh para Nabi/Rasul Allah, dan para Avatar.

Sebagai acuan bagi para pembaca, bahwa untuk membedakan atau mengenal ajaran mana yang sesungguhnya bersumber dari Tuhan YME, hanya satu kuncinya, yaitu pastilah ajaran tersebut memiliki prinsip dasar Kasih Sayang !!!. Oleh karena itulah, dalam setiap surah dalam kitab suci Al Qur’an selalu diawali dengan kalimat “Bismillahirrohmanirrohim”, yang artinya “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”. Dengan demikian, bila ada pimpinan agama/ulama/pendeta yang menganjurkan kebencian atau permusuhan, dapat dipastikan itu adalah doktrin, dan bukan merupakan ajaran sesunguhnya yang bersumber dari Tuhan YME.

Pada masa lalu, doktrin ini sengaja dimasukkan oleh para pimpinan agama atau para penguasa, yang disebut sebagai ayat-ayat atau hadis-hadis palsu. Mereka juga, mencampur adukkan antara ayat satu dengan ayat lainnya sehingga penafsirannya mennjadi berbeda dengan makna awalnya, bahkan menjadi membingungkan bagi para pembacanya. Mereka sengaja memasukan doktrin tersebut, agar umatnya merasa bahwa ada ancaman terhadap agama mereka, atau dalam istilah politik dikenal sebagai menciptakan “musuh bersama”. Pada gilirannya doktrin ini menjadi alat para penguasa atau pimpinan agama untuk mengumpulkan dana/sumbangan dari masyarakat (umat beragama) yang digunakan untuk melanggengkan kekuasaanya, dan bahkan digunakan untuk membiayai peperangan dalam rangka memperluas wilayah kekuasaannya.

Bila kita mau berfikir jernih, marilah kita renungkan beberapa pertanyaan berikut: 

Apakah mungkin ada ancaman terhadap agama yang sesungguhnya bersumber dari Tuhan YME dan mengajarkan tentang Kasih Sayang???

Apakah benar Tuhan Yang Maha Maha Besar dan Maha Maha Kuasa perlu dibela??? Sementara kita ini hanya sebutir debu yang tidak berarti di hadapan-Nya. 

Apakah para Waliyullah di Nusantara zaman dahulu menyebarkan agama Islam melalui peperangan. Jelas tidak!!! Mereka berdakwah dengan mengajarkan perilaku ahlak mulia yang berlandaskan Kasih Sayang.

Bila anda seorang beragama Kristen, kemudian anda diancam akan dipukuli agar berpindah agama menjadi Islam. Apakah anda bersedia pindah agama??? Bila anda merasa tidak takut, jelas akan mengatakan tidak,. Sedangkan bila anda merasa takut disakiti, mungkin saja anda mengatakan bersedia. Namun bersedia sebatas hanya di mulut saja, sedangkan di hati jelas mengatakan tidak. Karena agama adalah masalah keyakinan yang adanya di hati. Dan tidak ada yang dapat menyentuh hati kita, melainkan hanya melalui Kasih Sayang, yang sumbernya berasal dari Tuhan YME sendiri.

Sebagai penutup, marilah kita dengarkan dan saksikan video berikut, agar dapat lebih merasakan kebesaran bangsa Nusantara kita yang tercinta.




-          SEKIAN -

SEJARAH AGAMA (Bagian 2)




Perkembangan agama selanjutnya lebih banyak diceritakan di wilayah Timur Tengah. Pada periode sebelum zaman Nabi Ibrahim a.s, sebagian besar penduduk Timur Tengah merupakan pemeluk ajaran SUNDAYANA yang dibawa oleh para murid Prabu Sindhu ke wilayah Timur Tengah. Bukti peninggalan ajaran SUNDAYANA di Timur Tengah dapat dijumpai hingga saat ini dalam bentuk Kuil dan bangunan-bangunan suci yang bercirikan simbol Matahari dan Bulan (Surya dan Chandra). Namun sayangnya, sejarah bangunan suci peninggalan ajaran SUNDAYANA di Timur Tengah ini banyak yang disembunyikan (tidak diakui), dan sebagian lagi telah diubah menjadi bangunan suci (tempat ibadah) dari agama yang ada saat ini.

Demikianlah ajaran SUNDAYANA berkembang di Timur Tengah termasuk di wilayah yang disebut dengan Mesopotamia (sekarang berlokasi di negara Irak). Berdasarkan penelitian ahli sejarah di wilayah Mesopotamia ini berkembang kebudayaan yang disebut dengan Sumeria. Para ahli sejarah modern berpendapat bahwa Sumer ditinggali secara permanen dari sekitaran tahun 5.500 hingga 4.000 SM oleh orang orang non Semit yang berkomunikasi menggunakan Bahasa Sumeria. Para ahli prasejarah menduga bahwa kebudayaan Sumeria merupakan evolusi dari kebudayaan Samarra (Lihat juga https://id.wikipedia.org/wiki/Sumeria). Artinya periode awal kebudayaan Sumeria hampir bersamaan dengan periode munculnya kembali kerajaan di bumi Nusantara pada sekitar 5.000 SM (paska tenggelamnya pusat kerajaan Atlantis di Nusantara), dengan raja pertamanya Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manik Maya, dengan pusat kerajaannya di daerah yang saat ini disebut dengan Parahyangan. 

Hal lain yang menarik adalah nama kebudayaan Samarra. Samar dan Ra adalah kata yang berasal dari bahasa leluhur Nusantara (Jawa Kawi, Sunda, atau lainnya). Contoh: di Jawa Barat ada daerah bernama Samarang (daerah Garut), di Jawa Tengah ada kota Semarang (asal kata Samarang), di Kalimantan Timur ada kota Samarinda (asal kata samar indah). Samarang berasal dari kata Samar Ra Hyang; Samar = samar/gaib; Ra = cahaya; Hyang = Tuhan. Dengan demikian, dugaan bahwa kebudayaan Samarra berasal dari Nusantara adalah hal yang masuk akal. Dugaan ini juga diperkuat dengan hasil penelitian Prof. Arysio Santos yang menyatakan bahwa Atlantis adalah Nusantara yang merupakan negeri asal dari berbagai kebudayaan kuno di dunia. Temuan lain yang menguatkan dugaan bahwa kebudayaan Sumeria berasal dari Nusantara adalah terdapatnya patung orang bangsa Sumeria di Candhi Cheto (lihat https://sains.kompas.com/read/2012/03/30/06165575/Wajah.Sumeria.Ada.di.Candi.Jawa)

Kembali pada topik, mengacu pada kitab Injil (Perjanjian Lama) dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. berasal dari "Ur" salah satu kota di wilayah Mesopotamia/Sumeria, dengan periode kehidupan beliau adalah 1.997 - 1.822 SM. Pada zaman kelahiran Nabi Ibrahim a.s., ajaran SUNDAYANA sudah banyak menyimpang dan tidak sesuai lagi dengan ajaran dari Prabu Sindhu yang mengajarkan paham monotheisme (percaya pada Tuhan YME). Masyarakat Timur Tengah ketika itu banyak yang tersesat dengan penyembahan kepada banyak dewa dan berhala, serta juga banyak berbuat kerusakan. Pada saat itulah Tuhan YME kembali mengutus Nabi/Rasul-Nya Ibrahim a.s. untuk memurnikan ajaran monotheisme. Nabi Ibrahim inilah yang menjadi bapak para Nabi-nabi di wilayah Timur Tengah dan menurunkan agama-agama Samawi (Yahudi, Kristen dan Islam).

Kisah tentang Nabi Ibrahim a.s. dapat dibaca pada kitab-kitab suci agama Samawi (Yahudi, Kristen dan Islam). Selanjutnya perkembangan agama di wilayah Timur Tengah paska wafatnya Nabi Ibrahim a.s., diteruskan oleh nabi-nabi yang merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim a.s, antara lain Nabi Musa a.s. dengan kitab sucinya Taurat, Nabi Daud a.s. dengan kitab sucinya Dzabur, hingga ke Nabi Yahya a.s. Disamping nabi-nabi yang diturunkan di wilayah Timur Tengah, Tuhan juga menurunkan nabi-nabi di wilayah India dan Cina, antara lain: Sidharta Gautama yang mengajarkan agama Budha, dan Konfusius yang mengajarkan agama Khonghucu.

Memasuki awal zaman Kaliyuga dalam siklus Mahayuga terakhir (diperkirakan dimulai tahun 224 SM), Tuhan kembali mengutus wakil-Nya langsung Avatar ke-sembilan. Perihal Avatar ke-9, di sini terdapat perbedaan pendapat. Sebagian kalangan berpendapat bahwa Avatar ke-9 adalah Sidharta Gautama yang mengajarkan agama Budha. Namun sebagian kalangan lagi berpendapat bahwa Avatar ke-9 adalah Nabi Isa a.s atau Yesus yang mengajarkan agama Kristen. Untuk itu saya mencoba mengumpulkan berbagai informasi tentang ciri-ciri dari Avatar, dan  menyimpulkan bahwa Avatar ke-sembilan tidak lain adalah Nabi Isa a.s. atau Yesus. Karena ciri-ciri Avatar adalah di akhir kehidupannya dia tidak meninggal, melainkan dia diangkat oleh Tuhan YME atau moksa karena tugasnya sudah selesai.

Sejarah kematian Sri Krishna sendiri ada kerancuan, karena sebenarnya beliau tidak mati oleh panah yang menembus telapak kaki kirinya (dianggap permati Sri Krishna) melainkan beliau pergi dan lenyap (moksa) setelah tugasnya selesai. Demikian juga sang Avatar Isa a.s., beliau tidak mati karena disalib, melainkan dia dinaikkan oleh Tuhan yang dikenal sebagai kenaikan Nabi Isa a.s. Inilah kenapa dalam catatan saya tentang awal zaman Kaliyuga ditandai dengan kelahiran sang Avatar Isa a.s. pada tahun 224 SM. 

Sidharta Gautama sendiri meskipun bukan seorang Avatar, namun beliau adalah seorang Nabi yang diutus oleh Tuhan untuk mengingatkan dan memurnikan ajaran Tuhan kepada masyarakat di sekitar India. Pada masa itu ajaran agama Hindu sudah banyak menyimpang atau sudah tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Prabu Sindhu, karena terdapat jarak waktu sekitar 4.500 tahun sejak awal penyebaran agama Hindu (Shindu) di India hingga kelahiran Sidharta Gautama (sekitar 500 SM). Pada dasarnya agama Budha yang diajarkan Sidharta Gautama adalah agama monotheisme (percaya pada Tuhan Yang Maha Esa) yang mengajarkan tentang pentingnya perbaikan akhlak/ budi pekerti dan kasih sayang, serta pengenalan kepada Tuhan YME. 

Perihal kedatangan Avatar ke-9 yang bernama Isa, sesungguhnya sudah diramalkan dan diketahui oleh para leluhur kita penganut ajaran SUNDAYANA di bumi Nusantara, dan nama Isa Sang Avatar tertulis dalam salah satu prasasti di Candi Borobudur. Namun sayangnya prasasti ini tidak banyak diketahui oleh bangsa Indonesia, karena saat ini prasasti tersebut tersimpan di museum Leiden negeri Belanda. 

Kisah kelahiran, kehidupan dan ajaran sang Avatar Isa a.s. sendiri yang dikenal saat ini, sebenarnya sudah banyak yang dihilangkan dan diubah oleh yang disebut sebagai penguasa Roma pada sekitar tahun 300 M, ketika agama Kristen dilegalkan di kerajaan Romawi, atau sekitar 500 tahun paska kenaikan sang Avatar Isa a.s. Mereka juga banyak menyisipkan doktrin-doktrin dan kepentingan-kepentingan politis pada ajaran Kristen, dengan tujuan agar pengikut Kristiani tunduk kepada penguasa yang ada saat itu. Sementara esensi dari ajaran sang Avatar Isa a.s sendiri tentang monotheisme dibiaskan dengan ajaran Trinitas (Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus), ajaran tentang kunci-kunci pengenalan kepada Tuhan YME disembunyikan, karena dianggap dapat membahayakan kelanggengan kekuasaan kerajaan Romawi. 

Hal lain yang perlu diluruskan dari kisah sang Avatar Isa a.s. adalah tentang kematian beliau di kayu salib. Bagaimana mungkin seorang Avatar yang merupakan wakil langsung Tuhan bisa disalib dan mati? Avatar hanya akan pergi/diangkat bila tugasnya di bumi sudah selesai. Dengan demikian, sebenarnya yang disalib adalah murid beliau yang bernama Yudas (sang pengkhianat) yang disamarkan wajahnya menjadi mirip sang Avatar Isa a.s. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an Surat An Nisa : 157 berikut: 

“Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa”. 

Peristiwa penyaliban ini, juga bukan berarti bahwa Isa a.s. sang Avatar lemah, karena sesunguhnya bisa saja beliau melawan dengan kuasa Tuhan. Namun ini tidak dilakukan beliau, karena ini bukan persoalan menang atau kalah, ini persoalan bagaimana mendidik dan mengingatkan umat manusia tentang besarnya Kasih Sayang Tuhan kepada semua mahluk-Nya, agar Ruh (Diri Sejati) semua manusia menyadari kesalahannya, dan bersedia memilih Tuhan untuk kembali kepada-Nya. Berbeda dengan Avatar Rama dan Sri Krishna yang melawan dengan memerangi orang-orang yang berbuat kerusakan (Rahwana dan Kurawa), karena memang cara Tuhan mengajarkan manusia tidaklah selalu sama dari zaman ke zaman. Tuhan Maha Tahu cara terbaik dalam mengajarkan manusia, sesuai dengan tingkat kesadaran manusia yang secara umum semakin baik seiring dengan perjalanan waktu/zaman. 

Dengan adanya peristiwa penyaliban ini, Sang Avatar Isa a.s juga dapat mengetahui kesetiaan para pengikut/murid-nya yang lain, apakah dengan peristiwa penyaliban ini keimanan mereka tidak berubah kepada Tuhan?. Beberapa hari setelah peristiwa penyaliban ini, kemudian sang Avatar Isa a.s. menemui para muridnya. Para muridnya terkejut dan mereka mengira bahwa sang Avatar Isa a.s telah bangkit dari kematian, padahal sebenarnya Sang Avatar Isa a.s. tidak pernah mati. Pada pertemuan ini, sang Avatar Isa a.s. menjelaskan semuanya, dan kemudian selama 40 hari beliau menyempurnakan ajaran-ajaran beliau kepada para muridnya yang setia, sebelum beliau pergi/diangkat Tuhan YME karena tugasnya di bumi sudah selesai. Hal ini juga dijelaskan dalam Al Qur’an Surat An Nisa: 158 berikut: 

“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. 

Sebelum kepergiannya, sang Avatar Isa a.s juga berpesan tentang akan turunnya Nabi/Rasul terakhir bernama Muhammad disertai tanda-tanda kelahirannya. 

Demikianlah setelah sekitar 760 tahun paska kenaikan sang Avatar Isa a.s, Tuhan mengutus Nabi/Rasul terakhir Muhammad SAW. Tanda-tanda kelahiran Nabi Muhammad SAW sesuai dengan apa yang dikatakan sang Avatar Isa a.s. dalam pesan terakhirnya kepada murid-muridnya yang setia, dan kemudian disampaikan lagi kepada generasi penerusnya. Generasi penerus dari murid-murid sang Avatar Isa a.s. yang setia inilah, yang mengetahui tanda-tanda ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan, dan telah mengimaninya sejak Rasulullah dilahirkan. Mereka inilah kelompok penganut agama Kristen yang masih memegang teguh ajaran monotheisme (Tuhan YME), mereka memegang kitab suci Injil yang masih murni dari ajaran sang Avatar Isa a.s. Dalam beribadah mereka mirip dengan penganut agama Islam, mereka melakukan puasa, tidak memakan daging babi, melakukan shalat, dan perempuannya berkerudung. Sebagian ajaran dari penganut Kristen ini masih dapat dijumpai hingga saat ini, dengan apa yang disebut sebagai penganut Kristen Ortodok (Koptik). Lihat di sini https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_tujuh_waktu dan https://www.kompasiana.com/kupretist/refleksi-tulisan-seputar-kristen-koptik_550b2d4fa3331169102e3bd8

Kelompok ini turut mengawasi pertumbuhan Muhammad sejak kecil, dan ketika Muhammad menjelang dewasa, salah satu pemimpin dari kelompok ini yang bernama Waraqah bin Naufal sengaja menemui Muhammad untuk mengajarkan agama yang disampaikan oleh Isa a.s sang Avatar. Kisah kedekatan Rasulullah Muhammand SAW dengan Waraqah bin Naufal seorang pendeta Nasrani ini juga tercatat dalam beberapa hadis yang sahih. Waraqah bin Naufal juga yang disebutkan sebagai orang pertama yang membenarkan ajaran agama Islam. Saya sendiri lebih setuju mengatakan bahwa Waraqah bin Naufal adalah orang pertama yang memeluk agama Islam, karena hal ini juga merupakan bagian dari pesan sang Avatar Isa a.s sebelum kenaikannya. Kisah selanjutnya tentang Rasulullah Muhammad SAW dapat dibaca di berbagai hadis dan literatur, sejak Rasulullah gemar bersunyi di Gua Hira untuk beribadah (sebelum usia beliau 40 tahun), menerima wahyu dari Allah SWT melalui malaikat Jibril, hingga wafatnya beliau. 

Demikikianlah garis besar sejarah semua agama yang ada hingga saat ini. Pada hakikatnya esensi semua agama adalah hampir sama dan baik adanya, karena semuanya bersumber pada Tuhan YME. Yang berbeda hanyalah cara, ritual dan namanya saja, atau dapat dikatakan hanya kulit luar atau bungkusannya saja. Penamaan agama sendiri (Surayana, Sundayana, Hindu, Yahudi, Budha, Kristen, Khonghucu, dll,) selain Islam, sesungguhnya bukan berasal dari Nabi, Rasul atau Avatar, melainkan dari para murid/pengikutnya.

PERIHAL MAKNA AGAMA ISLAM 

Mungkin ada sebagian pembaca yang masih bingung perihal makna agama Islam, karena terdapat beberapa pendapat ulama yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. dan nabi-nabi lainnya juga sudah memeluk agama Islam, seperti tercantum dalam Al Qur’an surat Al Baqarah 132: 

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". 

Ya, memang benar, semua Nabi sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW, termasuk para Avatar semuanya beragama Islam. Artinya, agama Islam sesungguhnya bukan monopoli dari umatnya Nabi Muhammad SAW saja, karena esensi ajaran Islam yang bermakna penyerahan diri kepada Tuhan YME juga merupakan esensi dari semua ajaran agama yang diturunkan oleh Tuhan YME. 

Esensi ajaran Islam tentang penyerahan diri kepada Tuhan YME ini juga dikenal pada agama-agama lainnya, termasuk agama dari para leluhur Nusantara (Sundayana, Sunda Wiwitan, Kejawen, Hindu Bali, Aliran Kepercayaan, dll.). Meskipun demikian, pada zaman Rasulullah Muhammad SAW inilah ajaran penyerahan diri kepada Tuhan YME (Islam) ditekankan dan tertulis dalam kitab suci Al Qur’an, kemudian dijadikan nama agama oleh Rasulullah Muhammad SAW. Karena sesungguhnya ajaran inilah inti dari pembelajaran spiritual dari Ruh (Diri Sejati) kita sejak pertama kali agama diturunkan di Alam Ruh.

Dengan demikian, adalah anggapan yang keliru bila mengatakan untuk menjadi Islam cukup hanya dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat saja. Karena sesungguhnya untuk menjadi Islam kita harus memiliki tingkat kesadaran (sikap) penyerahan diri seutuh-utuhnya kepada Tuhan YME, sehingga Tuhan dapat membukakan hati kita untuk mendapat petunjuk (cahaya)-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an surat Az Zumar : 22: 

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. 

Dalam Al Qur’an juga dijelaskan sebagai berikut:

Surat Ali ‘Imran : 85: 
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. 

Surat Ali ‘Imran: 19: 
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. 

Surat Al Maa’Idah: 3 
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. 

Demikianlah pesan dari Tuhan YME yang disampaikan melalui Malaikait Jibril kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai Nabi/Rasul penutup zaman. Tuhan YME menghendaki kita semua untuk kembali mengingat esensi dari ajaran semua agama yang pernah disampaikan melalui para Nabi, Rasul dan Avatar, yakni Islam atau sikap penyerahan diri seutuh-utuhnya kepada Tuhan YME. Karena hanya melalui penyerahan diri kepada Tuhan YME (Islam), hati kita akan dibukakan untuk mendapat bimbingan/petunjuk-Nya melalui percikan Dzat (Cahaya)-Nya yang ada di dalam hati nurani kita. Dan hanya melalui petunjuk/bimbingan-Nya saja kita dapat memahami dan menyelesaikan pembelajaran spiritual dari Ruh (Diri Sejati) kita untuk kembali kepada Tuhan YME.

Pada saat ini atau hampir 1.400 tahun sejak Rasulullah Muhammad SAW wafat, berbagai informasi ajaran yang ada di setiap agama ini bagaikan kepingan puzzle yang perlu dikumpulkan agar kita memperoleh informasi secara utuh tentang berbagai ajaran yang pernah diturunkan Tuhan. Hal ini sudah diduga oleh Rasulullah Muhammad SAW, sehingga beliau berpesan agar umatnya belajar jauh hingga ke negeri Cina. Karena beliau juga sudah mafhum, bahwa setiap kali agama diturunkan dan melewati kurun waktu tertentu selalu terjadi banyak penyimpangan terhadap ajaran yang disampaikan oleh para Nabi, Rasul dan Avatar. Karena itu adalah sifat dasar manusia yang selalu tidak pernah puas, suka banyak ide baru, dan juga banyak memiliki kepentingan.

PERIHAL TURUNNYA NABI ISA A.S., IMAM MAHDI DAN DAJJAL DI AKHIR ZAMAN 

Pertanyaan selanjutnya yang mungkin ada di benak pembaca adalah bagaimana kira-kira perkembangan agama di masa yang akan datang? 

Dalam kitab Weda dan Purana disebutkan bahwa pada akhir zaman Kaliyuga akan diturunkan Avatar ke-sepuluh bernama Kalki yang merupakan penjelmaan dari Dewa Wisnu. Kalki sendiri artinya adalah "Penghancur kejahatan", "Penghancur kekacauan", "Penghancur kegelapan", atau "Sang Pembasmi Kebodohan". Avatar Kalki akan memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis Kali, kemudian menegakkan kembali dharma dan memulai zaman yang baru.

Dalam beberapa hadis Rasulullah SAW juga menyebutkan akan turunnya Nabi Isa a.s pada akhir zaman, yang akan memerangi Dajjal. Hadis Rasulullah ini mirip dengan yang termuat dalam kitab suci Weda dan Purana, hanya namanya saja yang berbeda, yang satu menyebutkan nama Kalki, yang satunya lagi menyebutkan Isa a.s. Beberapa ulama ahli tafsir juga mengatakan bahwa kedatangan Nabi Isa a.s di akhir zaman disebutkan dalam Al Qur’an surat Az Zukhruf: 61 berikut: 

“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat (akhir zaman)”. 

Dan surat An Nisa : 159 berikut: 

“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat (akhir zaman) nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” 

Dalam hal ini saya tidak ingin memperdebatkan masalah nama dari Avatar ke-10 yang akan datang di akhir zaman, namun saya percaya bahwa nama yang disebutkan dalam kitab Purana dan Weda maupun yang disebutkan dalam Al Qur'an bukanlah nama sebenarnya, melainkan nama simbolik dari Avatar ke-10 yang akan datang/ lahir di akhir zaman.

Apakah saat ini Avatar ke-10 sudah datang/lahir dan dimana lokasinya? 

Berdasarkan tanda-tanda alam yang ada, kemungkinan besar Avatar ke-10 sudah lahir saat ini. Dan tempat kelahirannya adalah sama dengan tempat kelahiran Avatar pertama, yaitu di bumi Nusantara kita tercinta ini. Lokasi persisnya masih dirahasiakan. Sungguh beruntunglah, kita yang terlahir di bumi Nusantara ini karena akan menerima ajaran langsung dari Avatar ke-10. 

Apakah Imam Mahdi adalah orang yang sama dengan Avatar ke-10? 

Jawabannya tidak sama. Imam Mahdi dan Avatar ke-10 adalah orang yang berbeda, namun hidup pada satu zaman. Avatar ke-10 adalah seorang Guru Spiritual dan merupakan perwakilan langsung dari Tuhan YME. Sedangkan Imam Mahdi nantinya akan menjadi murid dari Avatar ke-10, serta akan menjadi seorang pemimpin negara (umaro) yang disegani oleh semua pemimpin negara-negara di dunia. Perihal nama Imam Mahdi yang ada di berbagai hadis juga sesungguhnya hanya merupakan nama yang bermakna simbolik saja atau bukan nama sebenarnya. 

Apakah Imam Mahdi sudah lahir dan dimana tempat kelahirannya? 

Berdasarkan tanda-tanda alam yang ada, ya sudah lahir. Tempat kelahirannya, ya sama dengan tempat kelahirannya Sang Avatar ke-10, yaitu di bumi Nusantara kita ini, dengan lokasi persisnya juga masih dirahasiakan.

Nah silakan pembaca mempercayai atau tidak, biarlah waktu yang akan berbicara tentang kebenaran atas jawaban di atas.

Avatar ke-sepuluh inilah yang nanti akan kembali mengingatkan dan memurnikan ajaran dari semua agama yang ada saat ini. Adapun perihal Dajjal yang disebutkan dalam hadis sesungguhnya juga merupakan nama simbolik dari kelompok pengikut anti Tuhan (Iblis) yang memang sudah sejak lama berperan dalam menyesatkan umat manusia dari ajaran Tuhan YME. Mereka adalah kelompok orang-orang yang banyak memainkan peranan dalam membentuk opini umat manusia agar tidak mengikuti ajaran Tuhan. Mereka juga berperan dalam memfitnah orang-orang jujur, orang soleh yang berada di jalan Allah, membolak-balikan opini bahwa yang benar menjadi salah, dan yang salah menjadi benar, mengadu domba antara umat beragama agar saling membenci, bermusuhan dan berperang, serta pembodohan umat manusia agar selalu terjebak dalam urusan nafsu duniawi. 

Dengan demikian, anggapan yang keliru bila mengatakan bahwa Dajjal ini baru akan terlahir di akhir zaman, karena sesungguhnya mereka telah ada sejak lama sekali. Namun memang akibat dari perbuatan Dajjal ini menjadi begitu nyata pada saat ini. Kita melihat bagaimana umat muslim terpecah belah dan saling berperang. Kita melihat terjadinya permusuhan antara umat beragama, dalam situasi saling mencurigai, saling membenci dan saling menyesatkan (mengkafirkan), merasa agamanyalah yang paling benar, bahkan merasa berhak membunuh umat beragama lainnya dengan balasan surga. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah menjadi pengikut Dajjal.

Demikian juga, kita melihat sebagian besar umat manusia telah terjebak dengan kesibukan pekerjaan untuk mengejar keinginan nafsu duniawi yang sesungguhnya hanya sementara. Kita melihat bagaimana orang-orang bekerja mulai pagi hari hingga larut malam, sehingga mereka lupa untuk mendidik anak-anaknya, mereka lupa untuk beribadah kepada Tuhannya. Akibatnya, anak-anaknya terlibat narkoba, menjadi stress, terkena berbagai penyakit, dll. Semua harta yang diperolehnya tak membawa kebahagiaan bagi hidupnya, bahkan kita mendengar beberapa orang kaya yang terkenal bunuh diri karena stress. Kita juga mendengar bagaimana suatu negara adi daya begitu mendominasi sistem perekonomian dunia. Semua ini disebabkan oleh ulah para Dajjal ini yang telah menciptakan sistem perekonomian global yang seolah-olah bagus, namun sesungguhnya hanya menguntungkan bagi pihak/ kelompoknya saja. 

Ulah para Dajjal ini juga dapat kita rasakan di negeri kita tercinta Nusantara. Ditandai dengan maraknya budaya korupsi pada berbagai lembaga pemerintahan (eksekutif), lembaga wakil rakyat (legislatif), dan lembaga penegak hukum (yudikatif). Para koruptor ini mencuri harta rakyat, dan menjual kekayaan alam, seperti emas, migas, batubara, dll. kepada negara lain untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka tidak peduli bahwa perbuatannya ini berakibat pada rusaknya perekonomian negara, meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, dan menjadikan negara kita lemah dan terbelakang. Akibat lainnya negara kita menjadi banyak bergantung pada pinjaman/investor dari negara lain. Rakyat kita menjadi buruh dari penanam modal (investor) negara lain. Dan karena tingginya tingkat pengangguran, rakyat kita harus rela menerima upah yang rendah. Sungguh ironi, negara kita yang memiliki kekayaan alam berlimpah justru tidak membawa kemakmuran pada rakyatnya. Bahkan saat ini, sebagian besar rakyat kita bagaikan terjajah di negerinya sendiri. 

Ulah para Dajjal di negeri kita tercinta ini juga dapat kita lihat dengan berkembangnya aliran radikal yang gencar memprogandakan permusuhan dan kebencian antara umat beragama. Mereka hendak memecah belah kebhinekaan yang telah ada sejak zaman nenek moyang kita, dengan tujuan akhir adalah pecahnya negara kita menjadi negara-negara kecil yang lemah. Mereka lupa bahwa negeri kita dibangun oleh para leluhur kita berdasarkan azas saling menghormati antara umat beragama. Para leluhur kita yang merupakan pemeluk agama pertama SURAYANA dan SUNDAYANA dengan tangan terbuka menerima ajaran agama Hindu, Budha, Kristen dan Islam masuk ke negeri ini, karena mereka sadar bahwa semua agama adalah baik adanya karena bersumber pada Tuhan YME. 

Para leluhur kita telah membangun sendi-sendi toleransi, dimana semua agama yang masuk ke negeri kita diterima dengan tangan terbuka, dengan syarat dapat saling menghormati antara umat beragama. Hal ini juga terjadi ketika pertama kali agama Islam masuk ke negeri kita, yang dibawakan oleh para wali dengan penuh santun. Para wali bahkan mengadopsi berbagai budaya lokal, seperti wayang sebagai bagian dari dakwah Islam. Ini disebabkan karena para wali paham esensi dari ajaran Islam, bahwa agama Islam adalah "rahmatan lil alamin" atau merupakan rahmat untuk seluruh alam. Oleh karena itulah, agama Islam dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Bila sekarang terdapat sekelompok orang beraliran radikal yang mengaku sebagai pembela Islam. Apanya yang perlu dibela? Bukankah agama Islam sudah menjadi agama mayoritas di negeri kita?. Mereka ini bagaikan pahlawan kesiangan yang lupa sejarah bagaimana para wali menyebarkan Islam di negeri ini. Dan yang paling menggelikan adalah terdapatnya sebagian dari kelompok radikal ini yang menganggap sesat ajaran para wali, dengan dalih bid’ah dan sebagainya. Mereka menyatakan hendak memurnikan ajaran Islam, namun sesungguhnya mereka tidak paham esensi dari ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Mereka tidak sadar bahwa sesungguhnya mereka telah menjadi pengikut Dajjal yang selalu menanamkan kebencian di hati manusia. Kita juga jangan lupa bahwa negeri kita dapat merdeka bukan hanya karena jasa pengorbanan dari pejuang-pejuang beragama Islam, namun banyak juga pejuang-pejuang beragama lainnya yang telah mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan negeri kita.

Demikianlah tanda-tanda kemunculan Dajjal di akhir zaman yang sudah dapat kita lihat di mana-mana (baik di dalam negeri maupun luar negeri). Tanda-tanda kemunculan Dajjal ini juga sesungguhnya merupakan tanda-tanda kedatangan dari Avatar ke-sepuluh dan Imam Mahdi. 

Terlepas dari apakah pembaca percaya atau tidak dengan penjelasan saya di atas. Semuanya tidak perlu diperdebatkan/dipersoalkan, karena sesungguhnya yang terpenting bagi kita adalah bagaimana sikap kita kepada Tuhan? Apakah saat ini kita sudah mengikuti ajaran Tuhan yang disampaikan melalui para Nabi, Rasul, dan Avatar? Apakah kita sudah sungguh-sungguh yakin dan percaya kepada Tuhan? Apakah kita sudah berlaku jujur dalam segala hal? Apakah kita sudah memberikan manfaat bagi sesama, bangsa dan negara? Apakah kita sudah sungguh-sungguh mempelajari esensi ajaran agama, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan YME (Islam), dan mengutamakan Tuhan di atas segalanya? 

Ya, yang terpenting adalah bagaimana sikap kita kepada Tuhan, karena itulah inti pembelajaran Ruh (Diri Sejati) kita, sehingga alam semesta dan segala isinya ini diciptakan Tuhan. Kita berulang-ulang kali dilahirkan dan dimatikan (Baca tulisan saya tentang Reinkarnasi), serta agama-agama diturunkan, hanya untuk keperluan itu. Agar Ruh (Diri Sejati) kita yakin dan percaya seutuh-utuhnya kepada Tuhan, bersedia mengakui kesalahan kita, berserah diri kepada Tuhan dalam segala hal (Islam), serta memilih/mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Sikap inilah yang akan mengantarkan Ruh (Diri Sejati) kita untuk menerima curahan rahmat Kasih Sayang Tuhan, sehingga dapat kembali ke tempat terbaik di sisi-Nya.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al Fajr : 28 berikut: 

“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas (ikhlas) lagi diridhai-Nya”. 

Demikianlah sesungguhnya tujuan akhir dari pembelajaran spiritual kita, yaitu untuk kembali kepada Tuhan YME, karena hanya bila Ruh (Diri Sejati) kita kembali kepada-Nya maka kita akan terbebas dari proses reinkarnasi (dilahirkan kembali). 

Kembali cerita tentang Avatar ke-sepuluh, dari berbagai sumber menyebutkan bahwa pada akhir zaman Avatar ke-sepuluh akan memurnikan semua agama yang ada, sehingga hanya ada satu agama di bumi ini yang benar-benar murni ajaran Tuhan YME. Avatar ke-sepuluh juga diceritakan akan membunuh Dajjal, dalam pengertian bahwa Avatar ke-sepuluh akan membuka kedok/topeng dan memerangi Dajjal (kelompok-kelompok orang yang ingkar kepada Tuhan dan menyesatkan manusia dari ajaran Tuhan YME, atau disebut juga sebagai Anti Kristus), sehingga akhirnya kelompok Dajjal akan habis. Dan setelah itu, dunia akan memasuki zaman kemakmuran. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena setelah itu akan datang kiamat besar, dimana seluruh alam semesta dan keberadaan ini akan hancur/lenyap. 

Inilah batas waktu dari pembelajaran spiritual kita semua, batas waktu kita untuk mencapai tujuan akhir. Setelah kiamat besar ini tidak ada lagi kesempatan kita untuk mengulang (reinkarnasi), karena semua tempat pembelajaran kita, baik dimensi fisik maupun non-fisik (termasuk surga dan neraka) akan lenyap dalam kejadian kiamat besar. Bila dianalogikan sekolah, maka inilah batas waktu kita mengerjakan soal-soal ujian, selesai atau tidak selesai semuanya dikumpul. Bila dianalogikan permainan video games, maka kiamat ini adalah akhir dari permainan kita atau “game over”. 

Perlu diingatkan bahwa kiamat besar, ini adalah batas waktu yang benar-benar mengerikan, karena bila setelah batas waktu ini kita masih saja tetap ingkar kepada Tuhan YME, maka Tuhan YME tidak dapat lagi menolong kita. Bagi orang-orang seperti ini, maka Ruh (Diri Sejati) mereka akan terlempar ke dalam neraka abadi (neraka jahanam), selama-lamanya. Naudzubillahi mindzalik. Sebagai catatan, neraka abadi ini adalah berbeda dengan dimensi neraka yang ada sebelum terjadinya kiamat besar. Neraka abadi ini adalah sesuatu yang benar-benar mengerikan. Bahkan para malaikatpun gemetar mendengarnya, karena saking takutnya. 

Beruntunglah orang-orang yang dapat kembali kepada Tuhan YME sebelum terjadinya kiamat besar. Sedangkan untuk mereka yang belum kembali kepada Tuhan YME, dan ketika terjadinya kiamat besar mereka tetap teguh beriman (yakin dan percaya) kepada Tuhan, serta berserah diri kepada Tuhan YME (Islam), maka meskipun tubuh fisik mereka akan lenyap dalam kiamat besar, namun Ruh (Diri Sejati) mereka akan diselamatkan oleh Tuhan untuk dapat kembali bersama-Nya. Dengan demikian, setelah terjadinya kiamat besar ini, hanya terdapat 2 (dua) kemungkinan, pertama Ruh (Diri Sejati) kita diselamatkan oleh Tuhan untuk dapat kembali bersama-Nya, atau yang disebut surga abadi; kedua Ruh (Diri Sejati) kita tidak dapat ditolong Tuhan karena ingkar kepada Tuhan, sehingga Ruh (Diri Sejati) kita akan terlempar ke dalam neraka abadi. 

Sebagai penutup catatan ini, ada baiknya kembali saya mengingatkan kepada para pembaca bahwa saat ini kita sudah memasuki zaman Kaliyuga yang terakhir. Ini adalah kesempatan terakhir dalam proses pembelajaran spiritual Ruh (Diri Sejati) kita. Tak ada lagi siklus Mahayuga setelah ini, karena zaman Kaliyuga terakhir ini akan diakhiri oleh Kiamat besar, dimana seluruh alam semesta dan keberadaan, baik dimensi fisik maupun non-fisik akan hancur/lenyap. Artinya tak akan ada lagi tempat bagi semua mahluk Tuhan, baik manusia, alien, jin, para dewa, serta para malaikat semuanya akan mati, ketika kiamat besar ini terjadi, kecuali beberapa malaikat yang Tuhan kehendaki untuk tetap hidup, serta Ruh (Diri Sejati) semua mahluk yang telah kembali bersama-Nya.

Tuhan menghendaki kita semua dapat kembali bersama-Nya. Tuhan ingin menyelamatkan kita semua. Namun, Tuhan juga tidak dapat memaksa, bila kita tetap keras kepala ingkar kepada Tuhan dan menolak ajaran Tuhan. Kurang bagaimana Tuhan? Dia Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menciptakan kita pada awalnya dalam bentuk Ruh (Diri Sejati) kita, dan menganugerahkan kita semua dengan percikan Dzat-Nya. Hingga para malaikat diperintahkan bersujud kepada Ruh (Diri Sejati) kita. Kemudian kita ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya (Taman Eden). Namun kita tidak bersyukur, karena masih mau terbujuk rayu Iblis dan melanggar larangan-Nya. Kemudian kita lari dari Tuhan dan menolak pertolongan Tuhan. Kemudian karena begitu besarnya Kasih Sayang Tuhan kepada kita semua, maka Tuhan menciptakan alam semesta, serta dimensi-dimensi keberadaan dan segala isinya ini untuk kita semua. 

Kemudian Ruh (Diri Sejati) kita dianugerahkan jiwa dan tubuh fisik oleh Tuhan, sebagai sarana pembelajaran spiritual Ruh (Diri Sejati) kita. Berulang kali juga Tuhan menurunkan Nabi, Rasul dan wakil-Nya langsung (Avatar) untuk mengingatkan dan mengajarkan kita semua untuk yakin dan percaya seutuh-utuhnya kepada Tuhan, bersedia mengakui kesalahan kita, berserah diri kepada Tuhan dan ikhlas dalam hal apapun (Islam),  serta memilih/mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Agar Ruh (Diri Sejati) kita dapat kembali kepada Tuhan YME selama-lamanya. 

Tuhan Yang Maha Sabar juga telah memberikan waktu yang sangat panjang (bermilyar tahun) kepada kita semua, agar kita semua mendapat banyak kesempatan dalam belajar memperbaiki sikap kita kepada Tuhan. Berulang-ulang kali kita dilahirkan dan dimatikan (reinkarnasi) agar kita dapat menyadari semua kesalahan kita. Namun berulang-ulang kali juga kita melakukan kesalahan yang sama, karena kita selalu dipenuhi oleh nafsu keinginan duniawi yang tak pernah ada habisnya, kita lupa akan tujuan hidup kita yang sebenarnya untuk kembali kepada Tuhan YME.

Oleh karena itu, saya hendak mengajak para pembaca semua di sini agar di kehidupan kali ini dapat menjadi yang terbaik, dengan menyadari betapa besarnya Kasih Sayang Tuhan kepada kita semua. Dengan menyadari begitu banyaknya nikmat dan anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita semua, dan selalu bersyukur kepada-Nya. Percayalah bahwa Tuhan selalu menghendaki yang terbaik bagi kita, Dia Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu mau membantu kita dalam segala hal. Namun kita harus menyadari juga bahwa keinginan kita belum tentu yang terbaik, sedangkan kehendak Tuhan pastilah yang terbaik. Oleh karena itu, pasrahkanlah semua keinginan dan persoalan kita kepada-Nya.

Bersungguh-sungguhlah dalam belajar untuk dapat lebih mengenal Tuhan YME, karena hanya dengan mengenal-Nya kita akan mendapat bimbingan/petunjuk-Nya. Janganlah terlalu fanatik, karena sesungguhnya semua agama adalah baik adanya karena semuanya bersumber pada Tuhan YME. Dan ada baiknya kita juga dapat mempelajari agama lainnya, karena ini akan membuka dan memperkaya wawasan pengetahuan kita, serta hal ini sesuai dengan anjuran Al Qur’an dalam Surat Al Baqarah ayat 2 s/d 4, dan anjuran dari Rasulullah Muhammad SAW. Janganlah terburu-buru antipati terhadap hal-hal yang berbeda dengan ajaran (agama) yang kita anut, karena bisa saja hal-hal yang kita anggap berbeda ini adalah benar. Janganlah khawatir bahwa kita akan tersesat, karena selama niat kita baik untuk belajar lebih mengenal Tuhan YME, pastilah Tuhan akan membantu dan membimbing kita.

Lepaskanlah semua konsep-konsep, dan doktrin-doktrin ajaran yang selama ini membelenggu kita, karena semua itu akan menjadi penghalang kita untuk menjangkau ilmu pengetahuan dan ajaran Tuhan yang Maha Luas dan tak ada batasnya. Konsep-konsep dan doktrin-doktrin ini sama sekali tidak akan membantu kita dalam mengenali kebesaran Tuhan YME. Karena ilmu pengetahuan dari Tuhan Yang Maha Luas hanya dapat dipahami atas berkat dan bimbingan/ petunjuk dari Tuhan sendiri, melalui percikan Dzat-Nya yang ada di dalam hati kita masing-masing. Bagaimana cara menggunakan hati kita? Inilah yang perlu kita pelajari secara seksama, dan memerlukan bimbingan dari seorang Guru yang mumpuni.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. 

- SEKIAN -