Rabu, 07 Februari 2018

FAKTA SEJARAH BAHWA PURNAWARMAN RAJA MENDUNIA (Bagian-1)


Prasasti Ciaruteun dkk (dan kawan-kawan) artinya prasati Ciaruteun dan prasati sejenis pada masa Kerajaan Tarumanagara menyatakan bahwa raja pada waktu itu bernama Purnawarman. Batu prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran sungai Ci Aruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane, namun pada tahun 1981 prasasti diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini ditandai sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanagara, berhuruf  Palawa dan bahasa Sanskerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi: 

“vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam”. 

Terjemahannya menurut Vogel: 
“Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur, Purnawarman penguasa Tarumanagara”. 

Selain tulisan, terdapat juga gambar sepasang "padatala" (telapak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan. Ukiran bendera dan sepasang lebah dengan jelas ditatahkan pada batu prasasti, terdapat juga ukiran kepala gajah bermahkota teratai. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang diperkirakan sebagai lambang laba-laba, bisa juga matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan), bisa juga campuran keduanya.

Baik. Kita akan urai satu-satu tentang ke semua simbol yang terdapat dalam batu prasasti tersebut. 

PERTAMA, TENTANG SEPASANG LEBAH 

Secara umum terdapat sifat-sifat lebah, seperti:
  1. Membangun. Lebah adalah salah satu arsitek besar dalam dunia serangga, membangun rumah bertingkat yang rumit dan kompleks yang dihuni oleh seluruh komunitas.
  2. Merawat atau memelihara sesama dan memberi makan larva sehari 30 kali (gak kurang gak lebih, pass....ckckckckk sungguh fantastis).
  3. Berkomunikasi. Melalui gerakan, suara, dan sikap tubuh, lebah dapat mengkomunikasikan informasi rumit tentang lokasi tanaman dan jenis bunga yang ditemukan.
  4. Menghitung. Lebah dapat menemukan kembali benda-benda dengan mengingat jumlah benda-benda mencolok di sepanjang perjalanan menuju tujuan yang diinginkan.
  5. Menari. Ketika lebah kembali ke sarangnya, dia akan melakukan tarian rumit untuk menyampaikan informasi lokasi dan arah dari penemuan baru kepada teman-temannya.
  6. Membedakan lebah lainnya. (padahal menurut kita sama semua, bingung bin heran!)
  7. Makan. Itu mah sudah pasti. Tapi ingat lebah makannya yang baik-baik, tidak sembarangan, gak jorok, dan makananya hanya berupa serbuk sari.
  8. Berkelahi. Bukan hanya sekedar berkelahi, tetapi juga dengan keganasan, fokus kecepatan, dan koordinasi peralatan perang mereka, sehingga membuat film-film silat yang diputar dengan lebih cepat sekalipun akan tampak lambat dan menyedihkan jika dibanding dengan kecepeatan menyerang para lebah.
  9. Terbang. Dengan memakai sistem navigasi sehingga mampu terbang berkerumun dengan koloninya, tanpa mengalami kesulitan akibat kerumunan itu.
  10. Mendengar. Sama halnya seperti manusia.
  11. Hidup dalam komunitas yang teratur dan berfungsi dengan selaras.
  12. Menentukan arah. Dalam sekala mini, lebah setara dengan pesawat terbang canggih masa sekarang. Bayangkan berusaha mendarat disebuah daun yang bergerak dalam tiupan angin yang kencang,. 
  13. Memproduksi madu. Siapa pun pasti kenal fungsi madu yang teramat banyak bagi kesehatan.
  14. Mengatur suhu. Ketika sarang menjadi terlalu panas, sekelompok lebah akan bekerja secara harmoni untuk mengatur kembali suhu sebesar sepersepuluh derajat celsius, dengan menggunakan sayap-sayap mereka sebagai kipas angin raksasa, dan memasukan udara sejuk sampai sarang mencapai derajat suhu yang diinginkan (wuiihhhhhh ruarrrrrr bisaaaa!!!! Soalnya gak ada tukang pasang AC kalee hehehe).
  15. Mengingat. Mereka tidak akan bisa menghitung, mengkomunikasikan atau bertahan hidup jika mereka tidak mengingat.
  16. Reproduksi. Sistem reproduksi yang dimaksud adalah bahwa lebah terbagi menjadi tiga kelas; Ratu, pejantan dan pekerja. Ratu menghasilkan telur dan koloni, jantan melakukan perkawinan maksudnya dengan ratu pada musim semi dan panas.
  17. Melihat. Penglihatan lebah peka terhadap sinar ultraviolet.
  18. Berkerumun dalam formasi yang sangat rumit, tidak sekedar berkerumun, dibandingkan dengan skuadron pesawat tempur, masih hebatan formasi dan manuver mereka. Ohhhh berkerumun maksudnya saat terbang....manteppsss gak kalau gitu, hebat kan  bisa gak tabrakan?
  19. Mencicip, membaui, mengecap dan meraba atau menyentuh. 

KEDUA TENTANG TERATAI (TERATAI=PADMA) 

Karena kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan beragama Hindu, maka bahasan tentang teratai akan dilakuan dalam kontek agama Hindu juga, sumber materinya berasal dari kitab-kitab Upanisad. Kitab-kitab itu kurang lebih menyatakan bahwa dalam agama Hindu ada banyak sekali media yang digunakan sebagai sarana untuk memuja Sang Pencipta, salah satunya adalah Padmasana, Di Padmasanalah Sang Pencipta itu disthanakan. 

Kata Padmasana berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Padma yang artinya teratai dan Asana artinya sikap duduk atau tempat duduk. Jadi Padmasana berarti tempat duduk yang berbentuk teratai. Oleh sebab itu pelinggih (Bangunan Pura) yang paling utama disebut Padmasana. Bangunan ini pada bagian bawahnya berbentuk kembang teratai, di atas kembang teratai inilah bangunan Padmasana didirikan. Bunga teratai itu simbol dari tempat duduk atau berdirinya dewa-dewa. Mengapa dipilih bunga teratai? Karena bunga teratai mempunyai kelainan dengan bunga-bunga pada umumnya. Di antaranya sebagai berikut:
  1. Bunga teratai akar dan pangkalnya tumbuh di dalam lumpur, batangnya berada di air dan bunganya berada di atas air. Dengan demikian bunga teratai hidup di tiga alam yaitu alam lumpur, air, dan udara. Di dalam, ajaran agama Hindu Hyang Widhi disebutkan bertahta di atas tiga alam ini, sebagai penguasa Tri Bhuwana yaitu alam Bhur, Bwah, dan Swah. Hidup bunga teratai di dalam tiga alam inilah yang diidentikkan dengan Bhur, Bwah, dan Swah sehingga bunga teratai bisa dianggap simbol Tri Bhuwana.
  2. Bunga teratai walaupun hidup di lumpur yang busuk dan hidup di air tetap berbau harum dan tidak basah oleh air. Sebab itu maka bunga teratai dianggap sebagai lambang kesucian, bebas dari ketidakterikatan.
  3. Bunga teratai mempunyai tangkai bunga yang lurus dan pangkal yang berada dalam lumpur sampai ke sari bunganya yang berada di atas air. Sesuatu yang lurus itu biasanya dipakai sebagai simbol yang baik.
  4. Meskipun bunga daun (kelopak daun) bunga teratai itu lebih dari delapan kelopak, tetapi di dalam mythologi selalu dilukiskan bahwa daun kelopak bunga teratai itu berjumlah delapan, dengan tepung sari di tengah sebagai simbol Hyang Widhi yang menguasai seluruh penjuru mata angin. 

KETIGA TENTANG LABA-LABA (JARING LABA-LABA) 

Laba-laba cenderung membangun jaringnya, yang demikian berharga baginya, di tempat yang sunyi. Alasannya adalah untuk menghindari kerusakan oleh binatang-binatang atau oleh kondisi-kondisi alam. Laba-laba telah menggunakan model-model ini di seluruh dunia sejak pertama kali mereka muncul. Laba-laba, seperti mahluk hidup lainnya, berbuat hanya berdasarkan inspirasi dan tuntutan situasi yang ada dan sebagai cara untuk bertahan hidup. Belajar dari sifat dan kehidupan laba-laba, Inilah merupakan fitrah setiap mahluk hidup yang dianugrahkan Tuhan segala kelebihan dan kekurangannya sesuai dengan kondisi kehidupan yang dihadapainya.

Mengenai kekuatan jaring laba-laba Tempo.Co, Boston  mengungkapkan bahwa para ilmuwan di Amerika Serikat berhasil menemukan jawaban mengapa jaring laba-laba mampu menahan kekuatan besar. Mereka mengklaim temuan ini dapat digunakan untuk membantu merancang bahan berkekuatan super generasi baru. Menurut para ilmuwan, kekuatan luar biasa jaring laba-laba tidak hanya disebabkan bahan baku benang sutra yang memang alot, tapi juga desain rumit jaring itu sendiri. Markus Buehler dari Massachusetts Institute of Technology di Boston mengatakan, kekuatan sesungguhnya dari jaring laba-laba tidak terletak pada benang sutra penyusunnya. "Tapi pada perubahan sifat mekanis ketika ada yang mengenai jaring itu," ujar dia. Struktur kompleks jaring berperan penting. Ketika salah satu untaian benang putus atau rusak, misalnya, kekuatan keseluruhan jaring laba-laba justru semakin meningkat. Menurut Buehler, pembuatan jaring menyita sebagian besar energi laba-laba sehingga hewan itu butuh desain yang mencegah perbaikan besar ketika jaring rusak. Para ilmuwan juga menemukan benang sutra pada jaring laba-laba memiliki kemampuan untuk menjadi lunak atau kaku, tergantung seberapa besar beban yang mengenainya. "Ini tidak seperti serat alami atau buatan manusia lainnya," kata Buehler lagi.

Para ilmuwan membandingkan benang sutra laba-laba dengan tiga bahan lain sebagai pembuat jaring. Ternyata, sutra laba-laba enam kali lebih tahan terhadap kerusakan ketika tertimpa ranting jatuh atau angin kencang. Begitu pula ketika diberi beban tambahan. Hanya satu jalinan benang sutra laba-laba yang rusak. Dengan kerusakan minim itu, laba-laba hanya perlu melakukan perbaikan kecil pada jaringnya setiap ada kerusakan daripada membuat jaring baru. Yang juga mengejutkan, ketika para peneliti mengurangi beban hingga 10 persen dari berbagai titik pada jaring laba-laba, jaring tersebut malah 10 persen lebih kuat. Menurut penelitian ini, benang sutra laba-laba lima kali lebih kuat daripada benang serupa yang terbuat dari baja.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Jurnal Nature, Jumat, 3 Februari 2012, ini menemukan, jaring laba-laba mengandung dua jenis benang sutra. Jenis pertama adalah benang sutra kaku dan kering yang merentang seperti jari-jari dari titik pusat ke tepian jaring. Jenis kedua adalah benang sutra yang lebih tipis dan lengket, disebut "sutra lengket". Benang jenis kedua ini disusun melingkar, menempel pada jari-jari sutra kering. Sutra lengket juga berguna untuk menjebak mangsa yang menyangkut di  jaring laba-laba itu.

Selain kuat, benang-benang yang membentuk jaring laba-laba juga elastik. Namun tingkat elastisitasnya pada masing-masing daerah berbeda. Elastisitas ini penting untuk alasan-alasan berikut ini:
  1. Jika tingkat elastisitasnya lebih rendah dari yang diperlukan, serangga yang terbang menuju jaring akan terpental balik seperti menubruk sebuah pegas yang keras.
  2. Jika tingkat elastisitasnya lebih tinggi dari yang diperlukan, serangga akan memolorkan jaring, benang-benang lengket akan menempel satu sama lain dan jaring tersebut akan kehilangan bentuknya.
  3. Pengaruh angin telah masuk dalam perhitungan elastisitas benang. Jadi, jaring yang teregang oleh angin dapat kembali ke bentuk semula.
  4. Tingkat elastisitas juga sangat berhubungan dengan benda yang melekat pada jaring. Sebagai contoh, jika jaring melekat pada tumbuhan, elastisitasnya harus mampu menyerap setiap gerakan yang disebabkan tumbuhan tersebut.
  5. Benang-benang penangkap yang terjalin berbentuk spiral letaknya saling berdekatan satu dengan lainnya. Ayunan kecilpun dapat saling melekatkan satu dengan lainnya, dan menyebabkan celah-celah pada medan perangkap. Itulah sebabnya benang-benang penangkap yang lengket dan berelastisitas tinggi ini terletak di atas benang-benang kering yang berelastisitas rendah. Ini untuk mencegah potensi terbentuknya celah untuk lolos.
Seperti telah kita lihat, pada setiap segi jaring dapat kita lihat suatu keajaiban struktural dan ini yang menciptakan sifat redam-kejut pada jaringnya. 

ANALISA SIMBOL LEBAH, TERATAI DAN LABA-LABA 

Pertama tentang lebah. Coba pembaca resapi, renungkan dan pikirkan dari uraian tentang lebah. Seandainya simbol sepasang lebah itu bertujuan untuk memberikan informasi mengenai sistem kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kerajaan Tarumanagara, artinya Kerajaan Tarumanagara sudah mengalami peradaban begitu maju luar biasa. Sempurna sebagai sebuah bangsa dan negara dalam tata dan aturan yang mereka miliki serta konsep kehidupam semua elemen didalamnya. Tidak termasuk katagori peradaban terbelakang, kuno atau bahkan purba malah sangat maju. Mereka sudah mampu menerapkan sistem kehidupan normal yang hampir sama dengan kehidupan kita sekarang, bahkan kalau benar-benar sifat kehidupan itu sesuai dengan sifat lebah diatas secara faktual dan nilai, mereka jauh beradab dari kita sekarang. Nilai-nilai disini maksudnya tidak dipengaruhi dan bukan berbicara masalah teknologi.

Wajar seandainya Kerajaan Tarumanagara menjadi idola, contoh, dan sumber inspirasi bangsa-bangsa lain. Disegani, ditakuti atau bahkan dijadikan induk bagi kerajaan-kerajaan yang lainnya. Mempunyai tingkat kehidupan sosial dan budaya yang sudah sangat teratur dan tersusun sistematis. Biasanya bangsa seperti ini adalah bangsa yang besar, dihargai dan disegani pada masanya. Lihat kembali poin-poin tentang lebah. Penulis merasa relevansinya  tidak perlu dijabarkan atau dijelaskan lagi, penulis yakin pembaca bisa memaknainya secara sempurna.

Kedua tentang Teratai. Ini merupakan simbolisasi dari nilai-nilai spiritual, religius, yang berkembang dalam kehidupan berkenegaraan di Kerajaan Tarumanagara. Memberikan tanda atau informasi kepada kita bahwa masyarakat Tarumanagara sebagian besar masyarakatnya yang sudah memiliki kepercayaan kepada Sang Pencipta atau beragama, dan bukan animisme atau dinamisme. Bukankah agama berasal dari bahasa sansekerta? “a” berarti tidak, “gama” berarti kacau. Karena digabung jadi pengertian agama mengadung arti kata “tidak kacau” artinya orang beragama adalah orang yang hidupnya tidak kacau. Masyarakat beragama adalah masyarakat yang tidak kacau, masyarakat yang sudah patuh dan taat terhadap aturan yang diajarkan dan dibimbing oleh nilai-nilai kepercayaannya yang dianut, ada pola keteraturan dalam bermasyarakat dalam hal ini. Jelas sudah! Bahwa Kerajaan Tarumanagara adalah kerajaaan yang beragama, kerajaan yang hidup berdasarkan nilai-nilai kepercayaan yang meraka jalankan. Inilah yang menjadi ciri bahwa Kerajaan Tarumnagara sudah mempunyai peradaban yang tinggi.

Ketiga tentang laba-laba. Penulis memaknai uraian tentang laba-laba diatas yaitu bahwa Tarumanagara sebagai sebuah negara atau kerajaan yang sudah terbentuk menjadi sebuah bangsa yang berdaulat, tentunya untuk mempertahankan kedaulatanya perlu sistem pertahanan negara yang kuat seandainya ingin tetap disebut sebagai sebuah negara. Tanpa itu, dalam waktu cepat Tarumanagara akan wassalam, tamat! Jangan harap bisa terus berdiri. Simbolisasi laba-laba yang mau disampaikan adalah sebuah simbol yang berisikan nilai filosofis terhadap pertahanan negara yang menggunakan sistem jaring laba-laba. Sistem pertahanan negara yang mempunyai sifat elastis, fleksibel, kuat dan bisa mematikan serta daya tahan luar biasa bahkan nilai-nilai sportif pun ada alias fair play atau kesatria, juga kelihatan dalam hal ini simbol jaring laba-laba digabung dengan sifat lebah, alhasil akan memenuhi sekali kriteria “art of war”.

Sungguh kerajaan Tarumanagara mempunyai konsep filosofi yang sangat luar biasa untuk sistem pertahanan negaranya. Apakah saat sekarang masih relavan? Konsep ini kelihatanya berlaku sepanjang masa. Ini adalah warisan dari peradaban jaman dahulu kala, ini pun jika kita mampu memaknainya, teramat berharga nilai-nilai yang diwarisankan kepada kita, walau dalam bentuk simbol, kewajiban kitalah untuk menggali dan mendalaminya. 


(Bersambung)

1 komentar: