Jumat, 26 Januari 2018

KISAH KURA-KURA DAN ASURA

Seperti yang ada dalam relief kura-kura di Candi Sukuh, pada zaman dahulu kala (sebelum peristiwa banjir besar) di bumi Sunda Nusantara didiami oleh bangsa raksasa yang juga sering disebut Asura. Cerita ini sudah saya cek langsung dan memang benar kejadiannya. Pada zaman tsb, sering terjadi peperangan antara Dewa dan Asura. Dewa adalah makhluk Allah SWT dari dimensi yang lebih tinggi, ditugasi oleh Allah SWT untuk melindungi bumi dan manusia. Para Asura adalah mahluk raksasa penghuni bumi yang sering berbuat kerusakan dan membunuh manusia. Perlu diketahui bahwa tidak ada mahluk Allah yang dapat hidup abadi, termasuk para Dewa dan Asura semuanya bisa mati, hanya saja usia mereka bisa mencapai ribuan tahun.

Pada zaman tersebut beberapa kali terjadi pertempuran antara Dewa yang dipimpin oleh Batara Indra dan Asura yang dipimpin oleh yang bernama Bali. Para Dewa menghadap Batara Wisnu untuk memohon petunjuk bagaimana caranya agar mereka dapat terus hidup dalam melawan para Asura. Batara Wisnu adalah Dewa Avatara yang telah mencapai derajat kemulyaan di sisi Allah SWT, bertugas sebagai Guru Spiritual bagi para Dewa, manusia, dan juga para Asura. Batara Wisnu memberi petunjuk kepada para Dewa, agar mereka mengadakan gencatan senjata dahulu dengan para Asura. Mereka perlu mendapatkan Amerta, obat yang melindungi diri dari kematian. Untuk itu samudera harus diaduk. Gunung Mandaragiri dapat di jadikan alat pengaduk dan ular raksasa Vasuki dijadikan sebagai tali pengikat gunung. Para Dewa harus bekerja sama dengan para Asura, tidak dapat bekerja sendiri. Para Dewa harus mendapatkan Amerta yang akan keluar dari samudera. Pertama kali akan keluar racun Kalakuta, setelah itu keluar beberapa hal lainnya. ”Janganlah ngotot, apabila ada benda yang diminta para Asura agar diberikan saja, fokus pada Amerta”, demikian pesan Batara Wisnu.

Para Asura setuju untuk mengadakan gencatan senjata dengan para Dewa dan bekerjasama demi mendapatkan Amerta. Hanya sebetulnya yang berada di benak para Asura lain. Para Asura ingin mendapatkan keabadian dan mereka telah menyiapkan rencana untuk merebut Amerta dari tangan para Dewa.

Pertama kali para Dewa memegang kepala Vasuki yang membelit gunung dan ekornya dipegang para Asura. Para Asura tersinggung, merasa martabatnya direndahkan maka mereka meminta agar para Asura yang memegang kepala. Para Dewa menuruti kemauan para Asura. Kendati demikian gunung tersebut tenggelam di samudera karena saking beratnya. Kemudian Batara Wisnu berubah wujud menjadi kura-kura raksasa, Kurma Avatara, untuk menyangga bagian bawah gunung. Banyak yang tidak tahu mengapa gunung tersebut tidak tenggelam lagi. Akibatnya luar biasa, semuanya merasa bersemangat, bekerjasama, dan bergotong-royong.

Setelah beberapa lama, Ular Raksasa Vasuki kelelahan dan dari mulutnya keluar asap, dan para Asura yang memegang kepala juga tidak kuat. Kemudian Batara Wisnu (atas izin Allah SWT) menurunkan hujan dan angin sepoi-sepoi dan membawa asap dengan angin. Semua makhluk merasa ditolong Tuhan. Memang demikian, karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia tidak membeda-bedakan, mengasihi dan menyayangi semua makhluk-Nya (termasuk para Asura).

Samudera di aduk terus dan seakan-akan nampak sebagai susu. Muncul racun Kalakuta. Udara menjadi beracun dan semua Asura berlarian, para Dewa pun pada tidak kuat. Dan para Dewa mohon pertolongan Mahadewa Batara Syiwa. Sang Mahadewa kemudian menelan racun masuk kerongkongan dan tetap di lehernya. Setetes racun jatuh dan menjadi rebutan ular, kalajengking, lipan dan binatang merayap lainnya.

Semuanya kembali mengaduk, dan kemudian keluar Kamadhanu, Sapi Suci. Selanjutnya Ucchaisrawa, Kuda Sakti yang kemudian diminta oleh Bali (pimpinan Asura). Kemudian Gajah Airavata untuk Batara Indra. Permata Kaustubha dipakai Batara Wisnu. Pohon Parijata dan para Apsara diambil Batara Indra. Setelah itu keluar Laksmi yang semuanya menginginkannya. Laksmi melihat para Asura masih keras dan mau menang sendiri. Batara Indra dewa penguasa, tetapi belum mampu menaklukkan keinginannya. Hanya Batara Wisnu yang telah melampaui Triguna. Laksmi menjatuhkan pilihan untuk mengikuti Batara Wisnu.

Pada akhirnya keluar Dhanvantari membawa mangkuk Amerta. Para Asura dengan cepat melepaskan ular raksasa Vasuki, dan mereka merenggut bejana berisi Amerta. Terjadilah perebutan diantara para Dewa dan diantara para Asura sendiri, siapakah yang berhak mencicipi Amerta lebih dahulu. Dalam suasana tsb., mendadak muncul seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang menyebabkan semuanya menjadi terdiam dan hening. Para Asura dan para Dewa duduk bersimpuh di hadapan wanita jelita tersebut. Para Asura ternganga dan langsung menyerahkan bejana berisi Amerta, “Wahai bidadari jelita, kami yakin dikau bertindak adil, ambillah dan bagikan kepada kami menurut pendapatmu.”

Para Asura tetap ternganga dan terpesona. Padahal sambil jalan berlenggok, sang wanita menyendok Amerta untuk para Dewa di sisi lainnya. Para Asura menjadi lalai, hanya Asura Rahu yang waspada, paham keadaan dan segera menyamar sebagai Dewa. Wanita itu tahu tapi membiarkan saja. Baru setelah amerta habis diminum para Dewa, maka leher Rahu dipotong. Kejadian tersebut menyadarkan para Asura, dan Mohini, sang wanita jelita kembali mewujud sebagai Batara Wisnu dan kemudian menghilang. Para Dewa pun kemudian pergi meninggalkan para Asura, setelah memperoleh apa yang diinginkannya.

Kisah selanjutnya menceritakan bahwa bumi yang dihuni oleh manusia, dan asura (raksasa) masih berlangsung lama. Para Dewa juga masih tetap bertugas sebagai pelindung bumi dan mengajarkan manusia tentang pengetahuan spiritual, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sebagian kalangan berpendapat bahwa para Dewa ini adalah sama dengan Malaikat. Namun setelah dicek, pendapat ini keliru. Karena malaikat adalah makhluk Allah yang lebih tinggi derajatnya dari para Dewa, dan berkedudukan di sisi Allah SWT. Sementara para Dewa berkedudukan pada lapisan dimensi yang lebih tinggi dari Bumi, namun masih di bawah lapisan dimensi Surga. Para Dewa masih mempunyai banyak keinginan, sementara para Malaikat sudah tidak lagi mempunyai keinginan, selain mengabdi kepada Allah SWT.


- SEKIAN -

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar