Kata “reinkarnasi” berasal
dari kata re+in+carnis. Kata Latin carnis berarti daging. Incarnis
artinya mempunyai bentuk manusia. Sedangkan reinkarnasi adalah masuknya
jiwa ke dalam tubuh yang baru. Jadi, jiwanya adalah jiwa yang sudah ada,
tapi jasadnya baru. Maka, reinkarnasi juga dapat disebut kelahiran
kembali. Kondisi ini disebut pula sebagai migrasi jiwa. Artinya, jasad
lama ditinggalkan alias mati, dan pada suatu kesempatan jiwa tersebut
masuk ke dalam jasad baru, alias menjadi bayi kembali. Dalam bahasa
Inggris reinkarnasi disebut sebagai reborn atau reembodiment.
Bagi
agama-agama di Timur, agama-agama yang tumbuh di India, Tibet, Cina,
Jepang, dan di Kepulauan Nusantara; reinkarnasi bukan lagi sebagai hal
yang aneh. Reinkarnasi bukan dipahami sebagai kepercayaan atau keimanan,
tapi sebagai hukum alam.
Bagaimana dengan reinkarnasi
di Dunia Barat? Sumber dasar filsafat Barat adalah budaya Yunani dan
Romawi. Pada kedua budaya tersebut, reinkarnasi diterima sebagai
kepercayaan. Di antara filsuf Yunani kuno, Plato yang hidup pada abad ke
5–4 SM, percaya bahwa jiwa tidak pernah mati, dan mengalami reinkarnasi
berkali-kali. Lalu, kapan reinkarnasi itu berakhir? Ya, segala sesuatu
pasti berakhir. Menurut agama Hindu, reinkarnasi berakhir bila sang
manusia mengalami moksha. Menurut agama Buddha kelahiran kembali tak
akan terjadi lagi bila roda samsara telah berhenti.
Bagaimana
menurut agama Islam? Hampir semua pemuka ulama agama Islam tidak
percaya adanya reinkarnasi. Ya, hampir semuanya tidak percaya, dan hanya
sedikit saja yang percaya akan adanya reinkarnasi, salah satunya adalah
Ustadz Achmad Chodjim. Dalam bukunya ”Reinkarnasi” menurut
pandangan Islam, beliau banyak menyebutkan sejumlah ayat-ayat dalam
kitab suci Al Qur’an yang menjelaskan tentang Reinkarnasi. Ayat-ayat
tersebut, antara lain:
“Mengapa kamu ingkar pada
Allah padahal dulunya kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian
Dia mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu kembali, lalu kepada-Nya
kamu dikembalikan.” (QS 2: 28)
“Ya Tuhan
kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami
dua kali, lalu kami mengakui dosa-dosa kami, maka adakah jalan keluar
bagi kami untuk keluar?” (QS. 40: 11).
”..Bila kamu telah menjadi tulang belulang dan benda2 yg hancur..kamu akan dibangkit-kan kembali sebagai MAKHLUK BARU" (QS 17;98)
“Dan
Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu,
kemudian menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar
sangat mengingkari nikmat” (QS 22: 66).
Masih dalam tulisan Ustadz Achmad Chodjim, menyatakan bahwa sebenarnya kepercayaan
tentang adanya surga, neraka, padang mahsyar, dan hari perhitungan
dengan meniti jembatan setipis rambut dibelah tujuh, adalah kepercayaan
yang telah berkembang di Timur Tengah jauh sebelum hadirnya agama Islam.
Kepercayaan ini telah mengakar. Islam yang datang di kemudian hari
menyerapnya sebagai bagian dari kepercayaannya. Sehingga tentunya, hal
ini lebih menonjol di dalam Hadis daripada di Alquran.
Meskipun
kepercayaan itu telah berkembang di masyarakat Timur Tengah, namun
masyarakat Quraisy (Mekah) –terutama para elitnya– lebih menekankan pada
keyakinan hidup dan mati hanya sekali. Maka, akhirat yang ditawarkan
oleh Nabi Muhammad SAW mendapatkan sanggahan yang amat keras dari
mereka. Keyakinan tentang kebangkitan, yaitu terciptanya kembali manusia
seperti sedia kala sangat ditolak mereka.
Diterimanya kepercayaan tentang akhirat, kiamat, surga dan neraka, telah mengesampingkan pandangan tentang Reinkarnasi. Kelahiran kembali manusia di dunia ini dianggap mustahil bin mustahal. Semua
ayat yang mengindikasikan adanya “kebangkitan” atau kelahiran kembali
di dunia ini dipahami sebagai kebangkitan yang terjadi setelah dunia
kiamat. Perhitungan tentang amal baik dan buruk dianggap ada setelah
manusia dibangkitkan nanti.
Kiamat, surga dan neraka, telah menjadi “mind set”, menjadi
suatu yang baku dalam pikiran umat Yahudi, Kristen, dan Islam.
Seolah-olah tidak diperlukan penjelasan tentang hal-hal itu. Seolah-olah
kiamat itu merupakan peristiwa hancurnya alam semesta sebelum
dicanangkannya kehidupan baru di dalam surga atau neraka. Padahal, yang
semacam inilah yang pada abad-abad awal perkembangan agama Islam, atau
awal perkembangan agama Yahudi dan Kristen, telah memicu konflik
kepercayaan. Dalam, agama Islam misalnya, terjadi debat tentang bayi
yang mati dimasukkan ke dalam surga atau neraka. Tentang jika bayi mati
langsung masuk surga, mengapa orang yang bakal menjadi durhaka tidak dimatikan sejak bayi. Dan lain-lain. Nah, akibatnya umat tidak diberi teladan untuk berbuat kebaikan, tapi disibukkan dengan pertikaian.
Pada sisi lain, dalam rangka membuka wawasan pengetahuan kita semua, marilah kita simak tentang sejumlah penelitian ilmiah tentang “Reinkarnasi”, sebagai berikut:
Pada tahun 1956, telah diterbitkan buku “The Search for Bridey Murphy”, hasil
karya terkenal dari Morey Bernstein. Buku tersebut memuat hasil
penelitian penulisnya dalam mengikuti beberapa kasus hipnotis, yang
menggabungkan konsep Reinkarnasi dan hypnotherapy menjadi satu. Dengan
menggunakan hypnotherapy, ia memunculkan ingatan masa lalu anak-anak
secara spontan. Ia dan stafnya menelusuri 60 laporan yang diceritakan oleh anak-anak berusia 3 sampai dengan 6 tahun yang mampu mengingat kehidupan masa lampaunya, dan kemudian secara intensif menyelidiki 20 laporan diantaranya. Anak-anak
itu dapat mengenali jalan menuju desa pada kehidupan masa lampaunya,
yang tidak pernah mereka dengar apalagi mengunjungi ke sana sebelumnya.
Mereka juga dapat mengenali orang-orang, mengingat nama-nama mereka,
nama-nama jalan, rumah-rumah dan kejadian-kejadian yang ada di sana. Setelah penyelidikan panjang, maka Dr.
Stevenson menyimpulkan bahwa penjelasan yang masuk akal adalah hanya
Reinkarnasi dari ingatan pengetahuan anak-anak tersebut.
Uji statistik untuk ingatan kehidupan masa lampau dengan metoda hipnotis pada orang dewasa, digambarkan secara klinis oleh psikiatris, Helen Wambach, Ph.D., dalam “Reliving Past Lives: The Evidence Under Hypnosis” (Mengingat Kehidupan Lampau: Bukti dibawah hypnotherapy). Helen melakukan regresi berulang terhadap 1.200 orang, ia temukan bahwa ingatan
kehidupan masa lalu konsisten akurat pada hal-hal detail yang dialami
para subjek pada kehidupan sehari-harinya saat itu, yaitu dari rentang
tahun 1.900 M sampai dengan 500 SM. Dalam skala besarnya bahkan konsisten terhadap distribusi gender yang berfluktuasi dari masa ke masa.
Helen juga mengemukakan bahwa ketika meregresi ingatan
para subjek menjelang kematian mereka dan transisi ke dimensi lain,
para subjek menyatakan melihat cahaya yang sangat menyilaukan.
Cahaya itu mereka lihat ratusan kali. Pengalaman memasuki cahaya itu
adalah cukup petunjuk bagi mereka bahwa kematian bukan lagi suatu hal
yang mengkhawatirkan.
Pada tahun 1980 sekelompok kecil psikiatris dan psikolog secara bersama membentuk perkumpulan yang dinamakan Association for Past-Life Research and Therapies (APRT). Dan pada tahun 2000, direformasi menjadi International Association for Regression Research and Therapies (IARRT). Selama 20 tahun, himpunan ini berkembang menjadi 1000 anggota di 20 negara yang memiliki lisensi psikotherapist yang menghasilkan konsistensi bukti-bukti bahwa konsep Reinkarnasi adalah suatu hal yang tak terbantahkan.
Sejumlah besar penelitian telah dilakukan dalam bidang Past-Life-Regression. Ilmu kedokteran modern telah mendokumentasikan hal itu dengan teliti dan mendalam dan menunjukkan bahwa 90%
dari penyakit berat yang kita derita dalam kehidupan kita sekarang –
ternyata berhubungan dengan kehidupan lampau kita. Manfaat terapeutik
Past-Life-Regresi oleh karena itu mulai dapat diterima sebagai fakta
universal.
Dan inilah yang tidak ditulis oleh Dr. Bruce Goldberg, salah satu ilmuwan peneliti Reinkarnasi:
“Jika Anda tidak percaya pada Karma atau reinkarnasi, jangan khawatir, Anda akan percaya dalam kehidupan berikutnya.“ - Dr. Bruce Goldberg
Nah,
sekarang bagaimana pendapat pembaca terhadap hasil penelitian di atas?
Apakah yang disimpulakn oleh para ilmuwan tersebut hanya bualan omong
kosong belaka?. Bukankah penelitian para ilmuwan ini sudah menggunakan
metode penelitian ilmiah yang standar/baku?
Lebih
lanjut fakta tentang “Reinkarnasi” ini sebenarnya dapat menjawab
beberapa pertanyaan yang mungkin ada di benak pembaca, sebagai berikut:
”Bila
Tuhan Maha Adil, kenapa ada bayi yang terlahir di rumah yang mewah,
sementara ada bayi lainnya yang terlahir di kolong jembatan (tempat
kotor)? Bukankah bayi tidak punya dosa (masih suci)? Kenapa ada bayi
lahir cacat? Kenapa ada pasangan suami istri tidak mempunyai anak
(keturunan)? Bukankah seharusnya semua mendapat hak yang sama?”
Bukannya Tuhan tidak adil. Tetapi, ini semua terjadi akibat dari dosa perbuatan (karma) pada kehidupan-kehidupan sebelumnya (past life). Dengan demikian, sesungguhnya bayi
yang terlahir pada zaman sekarang ini tidak ada yang suci, karena
jiwanya membawa dosa (karma) di kehidupan-kehidupan sebelumnya (past
life). Bayi yang terlahir di kolong jembatan adalah akibat
perbuatannya pada kehidupan yang lalu (past life) kurang bersyukur atas
kekayaan (rezeki) yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Dan sering
menghina orang miskin. Bayi terlahir cacat, diakibatkan pada kehidupan
sebelumnya, organ tubuh yang cacat tsb. sering dipergunakan untuk
menganiaya sesama. Pasangan suami-istri tidak mempunyai keturunan,
karena pada kehidupan yang lalu mereka tidak mengurus, mendidik
anak-anaknya dengan baik, yang merupakan amanah dari Tuhan.
Jadi
sebenarnya, Tuhan Yang Maha Adil menciptakan kita semua kala inkarnasi
(kehidupan) pertama adalah sama semua dan sempurna adanya, baik dalam
tubuh fisik, rezeki semuanya sama tidak ada yang dibeda-bedakan, hanya
wajah saja yang berbeda. Perbuatan kita pada kehidupan pertama dan
selanjutnyalah yang menjadikan adanya perbedaan peuruntungan antara
manusia yang ada dalam kehidupan sekarang ini. Dengan demikian, semua
yang menjadi bagian (nasib peruntungan baik atau buruk) kita dalam
kehidupan sekarang ini adalah buah dari perbuatan kita sendiri dalam
kehidupan-kehidupan kita sebelumnya (past life).
Hal ini ditegaskan dalam kitab suci Al Qur’an, sebagai berikut:
”....Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri” (QS 30:9).
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS 17:14)”
Mungkin di antara para pembaca masih ada yang ragu perihal reinkarnasi ini, dan mungkin ada yang bertanya sebagai berikut:
”Bila
seandainya memang Reinkarnasi ini ada, kenapa kita harus dilahirkan dan
hidup berulang-ulang kali, kenapa tidak cukup satu kali saja kita
hidup?”.
Jawabannya tidak terlepas dari sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berulang kali kata ”Bismillahir-Rahmaanir-Rahim” diucapkan ketika kita membaca kitab suci Al Qur’an. Karena Tuhan begitu mengasihi dan menyayangi kita semua, sehingga meskipun
kita telah berulang kali berbuat kesalahan baik di kehidupan sekarang
maupun di kehidupan-kehidupan sebelumnya, namun Tuhan tetap memaafkan
kita dan masih memberi kesempatan kepada kita untuk dapat menyadari
semua kesalahan kita dan memperbaikinya.
Pertanyaan selanjutnya yang mungkin ada di benak pembaca, adalah:
”Bila
Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kenapa Tuhan tidak mengampuni
saja kesalahan-kesalahan/dosa kita? Kenapa harus repot-repot mematikan
dan menghidupkan kita (reinkarnasi) berulang-ulang?”.
Ketahuilah, bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang baik/ bernilai selalu butuh proses dan waktu yang
menjadi ketetapan sunatullah. Seperti buah mangga yang manis, diawali
dari bibit biji mangga yang ditanam, kemudian akan tumbuh tunas. Setelah
kita pelihara dengan disirami air dan diberi pupuk bertahun-tahun, maka
akan tumbuh menjadi pohon yang besar, dan ketika berbuah barulah
buahnya yang manis dapat kita nikmati.
Demikian juga
Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menciptakan, tidak dilakukan dalam bentuk
final secara seketika. ”Kun fa ya kun” itu adalah penciptaan dalam
bentuk awal bukan dalam bentuk final. Untuk menjadi bentuk final
semuanya butuh proses dan waktu, yang disebut dengan proses tumbuh dan
berkembang, evolusi, dll. Inilah yang disebut dengan Rencana Besar (Grand Design) dari Tuhan.
Dalam menciptakan kita (manusia), Tuhan juga memiliki Grand Design, bahwa kita disiapkan untuk menjadi mahluk-Nya yang sempurna, dan menganugerahkan kita keistimewaan khusus.
Apa keistimewaan khusus kita? Mungkin tak pernah terpikirkan oleh kita,
bahwa sesungguhnya kita telah diberi anugerah istimewa oleh Tuhan,
yaitu kemampuan untuk dapat memandang ke segala arah, dan bebas memilih untuk berbuat baik atau buruk.
Tuhan
tidak menghendaki kita menjadi mahluk seperti robot yang diprogram
untuk hanya patuh pada Tuhan, atau mempunyai pola hidup rutin teratur,
misal bangun jam 5 pagi, mandi jam 6 pagi, tidur jam 10 malam, dan
seterusnya. Bila dianalogikan dengan program komputer, kita sebagai
manusia diberikan oleh Tuhan sangat banyak menu pilihan (tidak terbatas)
untuk dapat digunakan sesuai dengan keinginan kita. Sungguh inilah
bukti kecintaan Tuhan kepada manusia, yang telah menciptakan kita dengan
anugerah istimewa seperti itu.
Meskipun dengan adanya
keistimewaan ini, Tuhan tahu bahwa manusia nantinya dapat tidak patuh
dan menentang Tuhan, serta berbuat kerusakan di muka bumi. Seperti yang
dijelaskan pada firman Tuhan berikut:
”Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS 2: 30)
Namun Tuhan percaya bahwa sejalan dengan proses dan waktu yang berlalu, dan pengalaman hidup yang berulang-ulang (reinkarasi),
pada saatnya manusia akan menyadari semua kesalahannya, dan dengan
”hati nurani”nya, manusia akan memilih untuk menjadi baik, tunduk dan
patuh kepada Tuhan sebagai wujud bakti dan ”cintanya yang tulus” kepada
Tuhan.
Inilah yang disebut sebagai manusia sempurna (Insan Kamil), yaitu manusia yang telah menyadari arti cinta sebenarnya kepada Tuhan.
Semua amal ibadah dan ketaatannya kepada Tuhan dilakukan semata-mata
didasari atas kecintaannya yang tulus kepada Tuhan. Tanpa mengharapkan
apapun (pamrih), juga tidak mengharapkan pahala surga. Karena Tuhan
memang pantas untuk itu. Berserah diri kepada Tuhan seutuhnya, karena
dia yakin dan percaya bahwa Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
selalu memberikan yang terbaik kepada dirinya.
Hanya
dengan menjadi manusia sempurna-lah seseorang akan terbebas dari proses
kelahiran kembali (reinkarnasi). Bila dia telah meninggal, ruh-nya akan
kembali kepada Tuhan dengan hati puas dan diridhoi oleh Tuhan. Dia akan
menempati tempat tertinggi bahkan di atas surga tingkat ke-7. Dia akan
berada di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tempat
terindah, dalam kebahagiaan sejati yang abadi selama-lamanya. Seperti
dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
”Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya” (QS 89:28)
Dengan
demikian, jelaslah bahwa semuanya butuh proses, bahkan Tuhan Yang Maha
Kuasa sendiri rela menunggu begitu lama, sejak pertama kali kita
diciptakan dan diturunkan ke dunia (inkarnasi pertama), dilahirkan
kembali berulang-ulang (reikarnasi), hingga saat ini. Inilah manifestasi
dari sifat Tuhan Yang Maha Sabar, yang begitu mengasihi dan menyayangi
kita, dan mengharapkan kita tumbuh dan berkembang menjadi mahluk-Nya
yang sempurna. Renungkanlah itu!!!
Pertanyaan selanjutnya adalah:
”Bila
memang proses reinkarnasi ditujukan agar kita dapat menyadari semua
kesalahan/ dosa perbuatan kita di kehidupan yang lalu (past life),
kenapa rata-rata manusia tidak dapat mengingat kejadian di kehidupan
masa lalunya (past life)?
Ini disebabkan karena Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita masing-masing.
Tuhan Maha Tahu apa yang perlu diketahui dan disadari oleh kita, dan
semuanya diberikan sesuai porsi dan kebutuhannya. Bila memang sudah
waktunya, dan sesuai dengan tingkat kesiapan spiritual kita
masing-masing, maka dengan izin-Nya, kita akan diberi akses untuk
mengingat peran kita dalam beberapa kehidupan lalu kita (past life).
Adapun
untuk kebanyakan orang dimana rata-rata tingkatan kesadaran
spiritualnya dianggap belum siap, akses untuk mengingat kehidupan lampau
ini memang tertutup. Karena bila akses ini dibuka dan orang-orang yang
belum siap ini dapat mengingat kehidupan masa lalunya (past life), maka
ini dapat berakibat buruk dan dapat mengacaukan kehidupannya yang
sekarang.
Contoh: Pada kehidupan yang lampau,
dia adalah seorang Raja yang dihormati dan berkuasa, namun pada
kehidupan sekarang dia hanya seorang petani biasa. Kemudian karena masih
ada kesombongannya, maka dia menceritakan kepada orang lain: “Saya ini
adalah seorang Raja di masa yang lalu”. Siapa yang perduli, dan ini
justru hanya akan menambah kesedihannya saja.
Contoh lainnya: Pada
kehidupan yang lampau dia seorang yang sakti dan dengan kesaktiannya
itu dia banyak berbuat jahat (aniaya) kepada sesama. Karena dia dapat
mengingat ilmu kesaktiannya, maka pada kehidupan sekarang pun dia
menjadi sakti dan tetap akan jahat, sehingga tidak akan ada perbaikan
dari perilakunya.
Contoh lainnya: Pada kehidupan
yang lampau si A dibunuh oleh si B. Karena pada kehidupan sekarang, si A
dapat mengingat orang yang membunuhnya, maka dia tetap menyimpan dendam
pada si B. Kemudian dia melampiaskan dendamnya dengan membalas membunuh
keturunan si B. Hal ini tentunya tidak dikehendaki Tuhan.
Demikianlah, Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita semua. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu (pengetahuan/informasi) yang akan berakibat buruk terhadap perkembangan spiritual kita.
Dalam beberapa kasus dengan melalui metode hipnotis seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, kita memang dapat mengingat kehidupan masa lalu
kita (past life). Namun ini bukanlah sesuatu yang alami, dan sebaiknya
tidak dilakukan, karena bila kita belum siap, hal ini dapat berakibat
buruk pada kehidupan kita yang sekarang.
Meskipun demikian, sesungguhnya banyak dari kita dapat mengingat potongan-potongan singkat kejadian kehidupan masa lalu (past life) secara tidak disadari. Contohnya
antara lain: Ketika mengunjungi suatu tempat, kita merasa pernah di
tempat tersebut sebelumnya, padahal kita belum pernah sama sekali ke
tempat tersebut. Bertemu dengan seseorang yang belum pernah kenal
sebelumnya tetapi langsung merasa dekat (akrab). Bertemu dengan
seseorang yang belum pernah kenal sebelumnya tetapi langsung merasa
tidak suka. Ini semua disebabkan oleh ingatan jiwa kita di kehidupan
yang lalu terhadap tempat atau orang-orang tersebut.
Tidak
usah jauh-jauh, sekarang marilah kita perhatikan orang-orang dekat
kita, orang tua, adik, kakak, teman-teman kita. Karena biasanya
orang-orang dekat kita ini adalah juga merupakan orang-orang yang pernah
kita kenali di kehidupan masa lalu kita, namun kemungkinan dengan peran
yang berbeda. Misal: Dalam kehidupan sekarang si A adalah anak kita,
tapi di kehidupan yang lalu justru kebalikannya, si A adalah orang tua
kita. Dalam kehidupan sekarang, si B adalah nenek kita, namun dalam
kehidupan yang lalu, si B menjadi istri kita, atau cucu kita. Semuanya
bisa bervariasi, tergantung dari kebutuhan pelajaran kita pada setiap
kehidupan.
Demikianlah roda perputaran hidup reinkarnasi kita yang bila dihitung sejak inkarnasi (kehidupan) pertama kita hingga saat ini diperkirakan sudah terjadi ribuan kali. Oleh karena itu, sesuai dengan teori Peluang (ilmu statistik), diperkirakan kita (manusia) yang ada di zaman sekarang ini telah mengalami banyak sekali peran,
mulai dari petani yang sederhana, pedagang, penjahat, dukun, orang
kaya, orang miskin, raja yang berkuasa, jenderal panglima perang, orang
yang sakti. Bahkan mungkin kita juga pernah menjadi mahluk bukan
manusia, misalnya: Asura (Raksasa), Alien (mahluk luar bumi), dan
mungkin kita juga pernah jadi Dewa yang banyak berbuat kesalahan,
sehingga kita diturunkan lagi derajatnya menjadi manusia biasa.
Hal lain yang perlu kita ketahui lagi adalah perihal jiwa kita yang tidak memiliki gender. Sehingga dalam proses reinkarnasi ini, setiap orang dapat saja terlahir sebagai pria atau sebagai wanita.
Misalnya anda sekarang terlahir sebagai pria, belum tentu di kehidupan
lalu anda juga seorang pria, bisa saja anda menjadi seorang wanita.
Demikianlah ke-Maha Adilan Tuhan, sehingga setiap manusia harus belajar lengkap menjadi seorang pria maupun wanita.
Karena hal ini cukup penting dalam rangka proses pembelajaran spiritual
kita. Dan oleh karena itulah, setiap manusia baik pria maupun wanita
selalu memiliki dua sifat (feminim dan maskulin). Hanya saja ketika kita
terlahir sebagai wanita, maka sifat feminimnya yang akan menjadi
dominan, sedangkan ketika terlahir sebagai pria, maka sifat maskulinnya
yang dominan.
Mungkin di antara pembaca ada yang bertanya:
”Bila jiwa tidak memiliki gender, kenapa ada hantu wanita dan juga ada hantu pria?”
Hehehe...baiklah
dalam hal ini kita harus memahami terlebih dahulu apa yang disebut
Hantu. Sesungguhnya hantu adalah jiwa manusia yang ketika meninggal,
banyak dibebani oleh ikatan-ikatan dunia, atau sebut saja ”mati
penasaran”. Ketika seseorang mati dengan penasaran, maka tubuh eteriknya
tidak buyar dan menutupi bentuk asli dari jiwanya. Tubuh eterik adalah
semacam lapisan energi yang bentuknya sama persis dengan tubuh fisik
(raga). Jadi, memang betul bahwa bila kita melihat hantu pasti memiliki
gender, namun adalah rancu bila mengatakan bahwa jiwa memiliki gender.
Satu hal lagi yang juga perlu diketahui pembaca adalah ingatan dari jiwa kita yang tidak memiliki istilah lupa.
Jiwa kita dapat mengingat semuanya, mulai dari kehidupan inkarnasi
pertama hingga kehidupan sekarang ini, mulai dari terlahir sebagai bayi,
tumbuh menjadi dewasa, menjadi tua, ketika meninggal, setelah
meninggal, hingga dilahirkan kembali, semuanya terekam dan tersimpan
dalam memori jiwa kita. Demikianlah, ingatan dari jiwa kita yang begitu
lengkap, sehingga seandainya kita diberi akses masuk ke dalam memori
jiwa kita, maka kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita meninggal di
kehidupan lalu kita (past life), apa penyebab kita meninggal, apa yang
terjadi setelah kita meninggal (apakah menjadi hantu, ditempatkan di
neraka atau surga), siapa saja yang bersama kita setelah meninggal,
bagaimana prosesnya hingga kita bisa dilahirkan kembali. Semuanya
terlihat dengan jelas, seperti melihat sebuah rekaman video.
Hikmah/Pelajaran Dari Proses Reinkarnasi
Hikmah/pelajaran yang penting disadari dalam proses reinkarnasi ini adalah bahwa sebenarnya semua harta kekayaan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesaktian, dsb. adalah sifatnya sementara (fana).
Semuanya tidak ada yang abadi. Kita pernah menjadi seorang Raja yang
berkuasa akhirnya mati, menjadi orang kaya akhirnya mati juga, menjadi
orang Sakti akhirnya mati juga, menjadi Dewa akhirnya mati juga.
”Kenapa
dalam kehidupan sekarang ini kita masih saja begitu berambisi mengejar
hal-hal yang sifatnya sementara ini, sehingga sebagian besar waktu kita
habiskan untuk mengejar ini? Kenapa hingga saat ini kita tetap saja
melakukan kesalahan-kesalahan yang sama?”
Pepatah lama mengatakan, bahwa keledai saja tidak akan terperosok pada lobang yang sama. ”Apakah kita ini lebih bodoh dari keledai?”
Inilah
yang harus kita sadari, bahwa sesungguhnya tujuan hidup kita bukanlah
menjadi orang kaya, orang hebat, juara, sakti, dll. Tetapi tujuan hidup kita sebenarnya adalah untuk kembali kepada Tuhan YME. ”Ina lillahi wa ina ilaihi rojiun”.
Karena hanya ketika kita sudah kembali bersama Tuhan lah kita akan
memperoleh kebahagiaan sejati yang abadi. Dan untuk kembali kepada
Tuhan, kita tidak dapat mengandalkan kesaktian, harta kekayaan,
pengetahuan, dll, karena semua itu tidak ada artinya di hadapan Tuhan.
Penting saya jelaskan di sini bahwa tujuan hidup kita sebenarnya adalah kembali kepada Tuhan YME, bukan Surga!!! Karena surga tergolong sebagai tempat sementara.
Bumi dan Alam semesta yang dapat kita lihat, Dimensi lain, Surga, dan
Neraka adalah tempat sementara yang semuanya merupakan lapisan-lapisan
dimensi tempat belajar kita. Dengan demikian, meskipun kita dapat masuk Surga, kita tetap harus dilahirkan lagi (reinkarnasi), karena tugas belajar kita belum selesai, dan kita belum mencapai tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu untuk kembali kepada Tuhan YME.
Untuk kembali kepada Tuhan YME,
sesunguhnya itu bukan suatu hal yang sulit, namun juga tidak mudah
(Ingat kita sudah ribuan kali dilahirkan tapi belum juga dapat kembali
kepada Tuhan!!!). Di sini saya hanya ingin berbagi dalam menunjukkan
arah jalan yang benar, karena bila tanpa mengetahui arah jalan yang
benar maka perjalanan kita tidak akan pernah sampai, atau akan
beputar-putar membuang waktu percuma.
Hal pertama, yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya adalah Niat dan Kesungguhan kita. Ikrarkan dalam hati kita, bahwa mulai
saat ini saya berniat untuk berupaya dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan hidup kita yang sebenarnya, yaitu untuk kembali Tuhan
YME. Ada baiknya bila niat dan kesungguhan ini kita ikrakan setiap pagi, sebelum beraktivitas.
Kedua, Berdoa kepada Tuhan YME dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh,
agar Tuhan membimbing dan menunjukkan kita, Guru pembimbing spiritual
yang akan dapat membantu kita dalam mencapai tujuan hidup kita yang
sebenarnya, yaitu untuk kembali kepada Tuhan YME. Yakin dan percayalah,
bahwa Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang pasti mendengarkan doa
kita, dan Tuhan sendiri yang akan membimbing kita dalam menemukan Guru
pembimbing spiritual.
Ketiga: Selalu berperilaku shalih, menjalankan
semua perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya (sesuai dengan
kepercayaan/agamanya masing-masing), serta berahlak mulia. Ingatlah jangan pernah melakukan dosa syirik (menyekutukan Tuhan), karena dosa ini akan sangat menghambat pencapaian tujuan spiritual kita. Berdoalah hanya kepada Tuhan Yang Satu (Allah
SWT, Allah Bapa, Sang Hyang Widi, atau nama lainnya yang dikenal).
Jangan berdoa meminta bantuan atau berkah dari para Leluhur, para Dewa,
Malaikat, Yesus, Bunda Maria, para Wali, orang suci, atau mahluk suci
apapun. Berdoalah hanya kepada Tuhan Yang Satu. Bertobatlah dan
berjanjilah untuk berhenti melakukan dosa syirik.
Ke-empat: Mencari Guru pembimbing. Untuk
mendapatkan Guru pembimbing spiritual, tidak cukup hanya dengan berdoa
saja, namun diperlukan upaya nyata dalam mencari Guru pembimbing.
Berbagai informasi dapat kita peroleh dari teman, saudara, buku, media,
atau lewat internet (mbah Google).
Catatan:
Guru pembimbing spiritual bisa lebih sari satu orang. Dan hendaknya kita jangan terlalu fanatik,
bahwa Guru pembimbing kita harus mempunyai agama yang sama dengan kita.
Yang penting Guru pembimbing ini adalah seorang yang mendalami dan menguasai kemurnian ajaran Tauhid (Tuhan Yang Maha Esa).
Beruntung bila kita menemukan sorang Guru yang menguasai berbagai agama, dan sekaligus mumpuni. Carilah
Guru yang menguasai tentang penggunaan ”Hati (Hati Nurani)”, karena
Hati (Hati Nurani) lah satu-satunya kunci hubungan kita dengan Tuhan
YME!!!.
Sebagai penutup, yuk kita dengarkan lagu dalam video berikut untuk relaksasi:
-SEKIAN-
sangat menarik untuk dibaca
BalasHapusresep tteokbokki halal