Seperti yang ada dalam relief kura-kura di Candi Sukuh, pada zaman
dahulu kala (sebelum peristiwa banjir besar) di bumi Sunda Nusantara
didiami oleh bangsa raksasa yang juga sering disebut Asura. Cerita ini
sudah saya cek langsung dan memang benar kejadiannya. Pada zaman tsb,
sering terjadi peperangan antara Dewa dan Asura. Dewa adalah makhluk
Allah SWT dari dimensi yang lebih tinggi, ditugasi oleh Allah SWT untuk
melindungi bumi dan manusia. Para Asura adalah mahluk raksasa penghuni
bumi yang sering berbuat kerusakan dan membunuh manusia. Perlu diketahui
bahwa tidak ada mahluk Allah yang dapat hidup abadi, termasuk para Dewa
dan Asura semuanya bisa mati, hanya saja usia mereka bisa mencapai
ribuan tahun.
Pada zaman tersebut beberapa kali terjadi pertempuran antara Dewa
yang dipimpin oleh Batara Indra dan Asura yang dipimpin oleh yang
bernama Bali. Para Dewa menghadap Batara Wisnu untuk memohon petunjuk
bagaimana caranya agar mereka dapat terus hidup dalam melawan para
Asura. Batara Wisnu adalah Dewa Avatara yang telah mencapai derajat
kemulyaan di sisi Allah SWT, bertugas sebagai Guru Spiritual bagi para
Dewa, manusia, dan juga para Asura. Batara Wisnu memberi petunjuk kepada
para Dewa, agar mereka mengadakan gencatan senjata dahulu dengan para
Asura. Mereka perlu mendapatkan Amerta, obat yang melindungi diri dari
kematian. Untuk itu samudera harus diaduk. Gunung Mandaragiri dapat di
jadikan alat pengaduk dan ular raksasa Vasuki dijadikan sebagai tali
pengikat gunung. Para Dewa harus bekerja sama dengan para Asura, tidak
dapat bekerja sendiri. Para Dewa harus mendapatkan Amerta yang akan
keluar dari samudera. Pertama kali akan keluar racun Kalakuta, setelah
itu keluar beberapa hal lainnya. ”Janganlah ngotot, apabila ada benda
yang diminta para Asura agar diberikan saja, fokus pada Amerta”,
demikian pesan Batara Wisnu.
Para Asura setuju untuk
mengadakan gencatan senjata dengan para Dewa dan bekerjasama demi
mendapatkan Amerta. Hanya sebetulnya yang berada di benak para Asura
lain. Para Asura ingin mendapatkan keabadian dan mereka telah menyiapkan
rencana untuk merebut Amerta dari tangan para Dewa.
Pertama
kali para Dewa memegang kepala Vasuki yang membelit gunung dan ekornya
dipegang para Asura. Para Asura tersinggung, merasa martabatnya
direndahkan maka mereka meminta agar para Asura yang memegang kepala.
Para Dewa menuruti kemauan para Asura. Kendati demikian gunung tersebut
tenggelam di samudera karena saking beratnya. Kemudian Batara Wisnu
berubah wujud menjadi kura-kura raksasa, Kurma Avatara, untuk menyangga
bagian bawah gunung. Banyak yang tidak tahu mengapa gunung tersebut
tidak tenggelam lagi. Akibatnya luar biasa, semuanya merasa bersemangat,
bekerjasama, dan bergotong-royong.
Setelah beberapa lama,
Ular Raksasa Vasuki kelelahan dan dari mulutnya keluar asap, dan para
Asura yang memegang kepala juga tidak kuat. Kemudian Batara Wisnu (atas
izin Allah SWT) menurunkan hujan dan angin sepoi-sepoi dan membawa asap
dengan angin. Semua makhluk merasa ditolong Tuhan. Memang demikian,
karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia tidak
membeda-bedakan, mengasihi dan menyayangi semua makhluk-Nya (termasuk
para Asura).
Samudera di aduk terus dan seakan-akan nampak sebagai susu. Muncul
racun Kalakuta. Udara menjadi beracun dan semua Asura berlarian, para
Dewa pun pada tidak kuat. Dan para Dewa mohon pertolongan Mahadewa
Batara Syiwa. Sang Mahadewa kemudian menelan racun masuk kerongkongan
dan tetap di lehernya. Setetes racun jatuh dan menjadi rebutan ular,
kalajengking, lipan dan binatang merayap lainnya.
Semuanya
kembali mengaduk, dan kemudian keluar Kamadhanu, Sapi Suci. Selanjutnya
Ucchaisrawa, Kuda Sakti yang kemudian diminta oleh Bali (pimpinan
Asura). Kemudian Gajah Airavata untuk Batara Indra. Permata Kaustubha
dipakai Batara Wisnu. Pohon Parijata dan para Apsara diambil Batara
Indra. Setelah itu keluar Laksmi yang semuanya menginginkannya. Laksmi
melihat para Asura masih keras dan mau menang sendiri. Batara Indra dewa
penguasa, tetapi belum mampu menaklukkan keinginannya. Hanya Batara
Wisnu yang telah melampaui Triguna. Laksmi menjatuhkan pilihan untuk
mengikuti Batara Wisnu.
Pada akhirnya keluar Dhanvantari
membawa mangkuk Amerta. Para Asura dengan cepat melepaskan ular raksasa
Vasuki, dan mereka merenggut bejana berisi Amerta. Terjadilah perebutan
diantara para Dewa dan diantara para Asura sendiri, siapakah yang berhak
mencicipi Amerta lebih dahulu. Dalam suasana tsb., mendadak muncul
seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang menyebabkan semuanya
menjadi terdiam dan hening. Para Asura dan para Dewa duduk bersimpuh di
hadapan wanita jelita tersebut. Para Asura ternganga dan langsung
menyerahkan bejana berisi Amerta, “Wahai bidadari jelita, kami yakin
dikau bertindak adil, ambillah dan bagikan kepada kami menurut
pendapatmu.”
Para Asura tetap ternganga dan terpesona. Padahal sambil jalan
berlenggok, sang wanita menyendok Amerta untuk para Dewa di sisi
lainnya. Para Asura menjadi lalai, hanya Asura Rahu yang waspada, paham
keadaan dan segera menyamar sebagai Dewa. Wanita itu tahu tapi
membiarkan saja. Baru setelah amerta habis diminum para Dewa, maka leher
Rahu dipotong. Kejadian tersebut menyadarkan para Asura, dan Mohini,
sang wanita jelita kembali mewujud sebagai Batara Wisnu dan kemudian
menghilang. Para Dewa pun kemudian pergi meninggalkan para Asura,
setelah memperoleh apa yang diinginkannya.
Kisah
selanjutnya menceritakan bahwa bumi yang dihuni oleh manusia, dan asura
(raksasa) masih berlangsung lama. Para Dewa juga masih tetap bertugas
sebagai pelindung bumi dan mengajarkan manusia tentang pengetahuan
spiritual, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sebagian kalangan
berpendapat bahwa para Dewa ini adalah sama dengan Malaikat. Namun
setelah dicek, pendapat ini keliru. Karena malaikat adalah makhluk Allah
yang lebih tinggi derajatnya dari para Dewa, dan berkedudukan di sisi
Allah SWT. Sementara para Dewa berkedudukan pada lapisan dimensi yang
lebih tinggi dari Bumi, namun masih di bawah lapisan dimensi Surga. Para
Dewa masih mempunyai banyak keinginan, sementara para Malaikat sudah
tidak lagi mempunyai keinginan, selain mengabdi kepada Allah SWT.
- SEKIAN -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar